Rabu, 02 Desember 2015

Role or Real #7

Hari yang menyenangkan, aku berkumpul bersama teman-temanku, Rick, dan Ann. Terasa sempurna, walaupun aku dan Rick lebih banyak menjaga image kami masing-masing. Aku menjadi sangat kikuk saat berada di dekatnya. Aku mengambil ponselku mengecek notificationnya berharap Rick mengirimi aku pesan atau sebagainya. Tetapi harapanku musnah tidak ada satupun notif dari Rick, yang ada malah notif pengiriman clover getrich, disitu saya merasa sedih.
Aku mengscroll recent update dan melihat-lihat hal sebenarnya tidak ingin aku ketahui. Aku terkadang merasa malas buka BBM karena hanya berisi broadcast tidak penting, dan recent updatenya banyak dipenuhi sekumpulan anak narsis yang hampir setiap menitnya mengantidisplay picturenya atau pun statusnya. Terkadan saya ingin tertawa melihat tingkah mereka, mau sesering apapun mereka ganti DP, dan mau aplikasi apapun mereka mengedit foto mereka, toh tidak akan berarti banyak dalam kehidupan mereka.
Sambil berguling-guling dikasurku tercinta, aku terus mengscroll recent update, akhirnya aku merasa bosan dan beralih ke line. Dengan rasa malas aku mengscroll untuk melihat timeline line ku, dan aku mataku reflex membelalak melihat sebuah postingan ”tak tau harus berbuat apa, seperti terjebak di dalam lakon sandiwara” aku berusaha mencerna maksud postingan itu, dan yang lebih membuatku binggung akun yang memposting itu Ann, ada apa dengan Ann? Apa dia sedang terkena masalah? Aku mengirimkan komentarku pada postingan Ann,
“Ann ada apa denganmu?”
Aku bersiap-siap membantu ibu menyiapkan makan malam sebelum mami pulang. aku meninggalkan ponselku di kamar berharap saat aku kembali sudah ada notif dari Rick, ataupun Ann.
Setibanya kembali aku kekamarku setelah membantu ibu, aku segera  mengecek ponselku dan ternyata tidak ada satupun notif yang berarti. Aku duduk lesu dan tak bergairah, tidak tau ingin berbuat apa. Aku kembali mengambil ponselku aku dengan cepat mencari kontak Rick, setelah layar ponselku siap untuk aku mengetikan sebuah pesan, aku mengetik pesan dengan perasaan gugup “makasih Rick kamu udah mau nemenin Ann ke tempat aku dan teman-temanku berkumpul, terima kasih juga masih mau menyimpan barang-barang permberianku, bahkan snapback itu masih kamu pakai” aku sekali lagi membaca pesan yang aku ketik tadi, dengan perasaan ragu akhirnya akupun mengirim pesan itu. Tidak lama setelah aku mengirimpisan itu kepada Rick dan aku hendak mengambil perlengkapan mengambarku, handphone ku bergetar, pertanda ada sebuah notification. Aku segera kembali dan mengambil ponselku. “iya sama-sama.” Ternyata pesan out dari Rick. Walaupun hanya sebuah pesan singkat aku merasakan kegirangan luar biasa.
Tiba-tiba aku kembali memikirkan keadaan Ann. Aku segera menelpon dia, hening, tidak ada nada. Dan tiba-tiba saja terputus, padahal jaringan di rumahku tidak buruk. Aku kembali mencoba untuk menghubunginya, tapi tetep saja hasilnya nihil.
Aku segera mengambil jaket ku dan kunci mobil, setengah berlari menuju reddy. Aku memacu reddy dengan kecepatan penuh.
***
Aku merasakan ada sedikit keanehan dengan apa yang terjadi akhir-akhir ini. Mulai dari sepupunya Rick yang tiba-tiba datang, Flow yang menjadi semangkin aneh, Dinda yang tidak pernah berhenti mengharapkan pacar rpnya menemuinya. Ini aneh, ada apa ini?
“Dit gua mau curhat sama lo” aku mengirim pesan kepada Dita.
“beeb beeb beeeep…..” tidak perlu menunggu lama ternyata Dita dengan cepat membalas pesanku.
“lo kenapa Mut? Boleh sini”
“gua mau cerita langsung, tapi ini udah malem”
Setelah bernegosiasi akhirnya aku memutuskan untuk kerumah Dita saja dan menginap disana. Demi kebaikan, karena di Jakarta saat ini sedang ramai kasus pembegalan.
Aku segera mengambil helem ku dan juga jaket untuk melindungi diri dari sengatan dinginnya malam. Malam ini cukup ramai di sekitaran komplek perumahan bukit golf, mungkin karena ini malam minggu.
“cih.. dasar anak-anak labil bukanya belajar malah nongkrong” aku berdengus kesal.
Di tengah-tengah jalan aku melihat keramaian, keramaian itu seperti terbagi beberapa kelompok, semangkin aku mendekati kerumunan itu, mematikan lampu depan motorku agar mereka tidak menyadari kehadiran ku. Akhirnya aku menyadari jalan yang aku lewati ini adalah jalan yang biasa digunakan anak-anak beranjak besar alias labil untuk melakukan balap liar. Saat sang wanita cantik seperti memberikan kode perlombaan akan dimulai, aku berniat untuk menantang mereka, aku tidak ikut start dengan mereka, aku mengamati mereka dari jarak sekitar tujuh meter. Saat mereka mulai bergerak disitu aku mulai memacu motorku dan memutar gas sampai penuh,
Sontak kerumunan itu segera menghindar dan berbagai kata kasar mereka lontarkan
“jing lo…”
Tetapi saat aku hampir menyusul mereka sayup terdengar terikan, sorak-sorai yang tidak begitu jelas da nada juga suara tepuk tangan. Aku menghiraukannya dan terus memacu motoku.
Lintasan untuk balapan ini cukup ekstrem, berada didalam komplek yang otomatis banyak tikungan tajam. Lampu jalan banyak yang mati serta jalan yang menanjak layaknya bukit cukup membuatku kesulitan.
Motor ninja hijau di depanku seperti merasakan kehadiran ku, dia melirik ku dari arah kaca spion motornya. Aku hanya tersenyum dalam hati. Dan tidak aku duga rider motor ninja hijau itu memberikan aku symbol fvck melalu tangannya. Adrenaliku terpacu kembali.
“ayo kita lanjutkan..” aku memacu motorku lebih cepat lagi, saat tikungan tajam ke kiri didepan  aku berniat menyalipnya  dari sisi kiri karena di lihat dari cara si rider motor hijau itu mengendarai motornya di sisi kirinya  kemungkinan ada sedikit space untuk ku menyalip. Perlahan tapi pasti motor kami saling berdampingan sekarang, pengendara motor hijau itu menengok kearah ku, membuka kaca helmnya aku pun refleks membuka kaca helm ku juga, aku tersenyum kepadanya dengan smirk evil, dia sudah lengah dalam 10 detik, langsung saja aku menyalip melalui tikungan tajam dan membenarkan posisi dudukku memacu motorku lebih cepat lagi, sekilas aku melihat speedometer ku, terlihat bahwa aku mengendari motor ini dengan kecepatan 120km/pejam. “wow” aku berteriak dalam hati, baru kali ini aku naik motor secepat ini, dan ini di arena balap liar, adrenaliku sangat terpacu saat ini, lumayan untuk menghilangkan beban di kepala pikirku. Di depan ku kira-kira masih ada 2 motor lagi, sudah terlihat rider kedua di depan ku, aku mencoba mengendari motorku secara zigzag dan terlihat di spion mengusahakan agar si rider melihat ku di kaca spionn agar merusak konsentrasinya. aku melihat di depan aka ada tikungan kearah kiri lagi, aku sekarang mengambil jalur kanan sedikit lebih lama, “nah pas” aku berteriak dalam hati, rider itu masuk kedalam umpanku, dia terlalu memperatikan aku sampai-sampai tidak menyadari track selanjutnya. Aku dengan bergegas pindah kejalur kiri dan mendahuluinya, sebelumnya saat berpapasan aku sempat menyapanya “nyari siapa om? Bye bye”
Aku melirik sebentar kearah jam tangan ku, astaga sekarang sudah pukul 10 malam, aku tidak enak dengan orang Dita kalau harus bertamu malam-malam.  Aku memutuskan meninggalkan arena ini dan segera menuju rumah Dita
***
Sesampainya diblok rumah Rick, sekali lagi aku mencoba menghubungi Ann. Tetap saja hasilnya nihil, malahan tidak aktif sekarang ponselnya. Aku memberanikan diri mendekati rumah Rick, saat aku sudah tepat berada di depan pagar rumah Rick pak Toni menghampiriku dengan wajah ramahnya seperti biasa
“selamat malam non flow, mau cari mas Rick ya?”
“eh enggak kok Pak saya mau cari Ann, Ann nya ada pak?” aku menjawab pertanyaan pak Toni seramah mungkin untuk menghindari aku mengeluarkan wajah panic ku.
“oh non Ann, bapak sendiri sih gak liat ya non, tapi coba saja non kedalam, sebentar ya non Flow bapak buka gerbangnya dulu” pak Toni segera meninggal kan aku, membuka pagar rumah Rick dengan hati-hati, lalu mempersilkan aku masuk. Aku melemparkan senyum terbaik ku untuk pak Toni. Dia salah satu manusia yang sangat baik yang pernah aku kenal.
Saat Reddy mulai memasuki halaman rumah Rick, aku melihat sekilas di balkon kamar Rick, Rick sedang berdiri dengan kesendiriannya menatap malam. aku iseng memotret Rick dan mengirimnya ke BBM dia, “boleh aku temenin? (” tidak lupa emot tersenyum itu aku selipkan. Aku merasakan getaran yang luar biasa saat meliat tanda r di BBM yang aku kirim ke dia,
“sini coba kamunya haha” Rick membalas dengan cepat.
“udah kok, coba liat kebawah”
Aku menurunkan kaca mobilku dan saat Rick tepat menghadapku aku tersenyum kearahnya.
“aku gak mimpi kan?”
“coba aja kamu kesini dan buktiin ini mimpi  atau bukan”
Rick tidak membalas pesanku lagi, tetapi aku melihat dia meninggalkan balkon tempat dia berdiri tadi. Mungkin ia ingin menjemputku kemari. Ya Tuhan jantungku sangat berdegup dengan kencangnya, aku  mendadak salah tingkah dan binggung harus berbuat apa saat Rick tiba nanti. Aku mengambil cermin di dalam tas ku, aku berusaha membuat senyuman senyuman indah yang terpantul dari ceriman ini.
“tok tok tok….”  Terdengar jendela mobil ku ada yang mengetuk, oh tidak aku terlambat, aku segera menaruh cermin itu dengan sembarang, mengabil sedikit lipgloss dan parfume. “sial cepat sekali Rick datang” umpatku dalam hati.
“yaampun sayang mau ketemu aku aja sampai dandan segitunya, kamu udah cantik kok”
Aku terdiam sebentar, aku mendengar Rick menggunakan kata sayang, apakah ini hanya halusinasiku saja?
“flow?” Rick mengagetkan ku
“hah? Eh iya iya hehe pede kamu” aku mendadak salah tingkah dan sepertinya wajahku memerah menahan rasa malu ku.
“kamu kenapa bengong? Haha maaf ya itu bercanda kok” Rick melemparkan senyum indahnya dengan tidak berdosa, aku mendengarnya dengan sedikit rasa sedih dan kesal, aku mengeluarkan sedikit air mata di ujung mataku, oh ya Cuma bercanda, aku mencoba menegarkan diriku. Aku tidak menjawab kata-kata Rick, aku hanya melemparkan senyum yang sedikit dipaksakan.
“yuk masuk” Rick segera mengajak ku memasuki rumahnya. Rumahnya selalu terlihat sepi, mungkin mami dan papi Rick sedang di luar kota, atau bahkan di luar negri, berasal dari anak kolongmerat membuat Rick tidak merasakan kesulitan saat harus di tinggal tampa di rumah, bukan  berarti karena Rick mempunyai beberapa asisten rumah tangga dan penjagaan keamanan yang berlapis di rumahnya. Pada dasarnya Rick adalah anak yang mandiri, dia lebih jago masak di bandingkan aku, aku sering sekali masak bersama dengan Rick saat aku berkunjung kerumahnnya, ya tapi itu dulu sebelum hubungan aku dan Rick kandas.
Aku mengikuti Rick dari belakang,berjalan lebih lambat dan sedikit menunduk, melipat tangan ku menahan hawa dinginnya malam. Rick sudah berjalan sangat jauh, bahkan dia tidak menengok ku sama sekali, “apa dia lupa aku alergi terhadap dingin?”
Aku bertanya dalam hati.
Akhirnya aku masuk kerumah Rick dan ruang tamunya cukup hangat sehingga aku tidak terlalu mengigil seperti tadi. Rick mempersilakan aku duduk dan tidak kusangka Rick sudah menyiapkan teh hangat untuk ku.
“maaf ya  tadi aku jalannya buru-buru, karna aku tau kamu alergi dingin, makannya aku ingin lebih cepat sampai dan membuatkan mu teh hangat ini”
“makasih ya Rick” aku menjawabnya dan sedikit tersenyum.
“kamu masih kedinginan? Sini tangan kamu” tampa seijin ku dia mengambil tanganku, mengatupkannya menjadi satu, dengan kedua tangannya, kemudian dia sedikit mengosokan tangannya yang lembut itu ketangan ku dengan sangat hati-hati,
“deg…..” perasaan deg deg kan ini mucul lagi untuk kesekian kalinya. Aku menundukan kepalaku  sehingga rambutku yang panjang ini menutupi wajah merahku. Tanganku seperti ditarik, aku kembali refleks melihat kearah dan ternyata Rick meniupi tangan ku, dan itu membuat telapak tangan ku sedikit lebih baik dan tidak terlalu memmbeku. Rick hanya tersenyum ringan terhadap ku. Tampa kata kami berdua terdiam. Aku segera menarik tangan ku dan mengucap kan terima kasih. , dan kami kembali membisu.
“flow…” terdengar Rick memanggil namaku dengan sangat pelan tetapi cukup jelas terdengar dengan rumah yang sensunyi ini.
“ya Rick?” aku menoleh terhadapnya,  aku dan Rick saling bertatapan, disitu jantungku seperti terhenti, saat aku menatap mata coklat nan indah itu, sudah lebih dari seminggu aku tidak menatap wajahnya dengan sedekat ini, oh tidak aku merasakan Rick lebih memajukan wajahnya sekarang, aku hanya terdiam mematung, jantungku kembali berdenyut dengan sangat cepat sangking cepatnya aku merasakan tubuhku sedikit menghangat. Saat wajah Rick sudah berjarak kurang dari tiga senti dari wajahku, aku refleks memejamkan mataku, aku merasakan bibir Rick mendarat dengan sempurna di bibirku, hangat, yah rasanya hangat. Aku tidak bisa mendeskripsikan secara detail apa yang aku rasakan. Ciuman lembut yang Rick lakukan membuatku sangat nyaman, aku merasakan tangan Rick melingkar di pinggangku, dan akupun mengalungkan tangan ku pada leher Rick. Aku mengelus lehernya dan memegang rahangnya yang kuat itu dengan lembut. Ciuman lembut ini terasa semangkin menjadi. Aku merasakan kerinduan yang luar bisa dengan Rick, Rick mulai memasukan lidahnya, memainkannya dengan sangat sempurna, aku merasa seperti tersengat oleh ribuan kilo volt listrik dan ciuman ini terasa semangkin panas. Aku terhentak sejenak dan membuatku terjatuh diatas sofa, untung saja sofa ini empuk sehingga aku tidak merasakan sakit, Rick terus menciumi ku, perlahan dia pindah menciumi dagu ku, leherku. Aku memejamkan mataku, menikmati tiap sentuhan yang iya berikan. Aku mengelus punggungnya dengan lembut dan sedikit menarik tubuhnya, sehingga tubuh kami tidak memiliki jarak lagi. Aku meerasakan dadanya yang bidang menimpa dadaku, rasanya? Tidak dapat aku gamparkan, yang jelas aku nyaman sekali. Aku terus merasakan setiap kehangatan yang Rick berikan. Aku murahan? Bukan masalah murahan, ini sebuah kebutuhan, ya aku selalu merasa butuh Rick dan aku sangat rindu kepadanya. Aku tidak akan menyianyiakan ini.
Aku tidak tau sudah berapa lama kami melakukan ini, Rick terlihat sudah sangat capek, sekarang posisiku aku yang berada diatas Rick, aku tidur diatas badan Rick menengelamkan wajah ku pada dada bidangnya itu, dan tangan Rick masih memeluku. Kami berdua terlelap diam tampa kata.
***
“Dit gua di depan rumah lo” aku mengirim pesan sambil memacu motorku dengan kecepatan tinggi, padahal jarak aku dan rumahnya masih sekitaran 5km lagi.
“beeb..beeb..” aku yakin pesan ini pasti dari Dita, aku menghiraukannya dan berfokus pada jalanan agar bisa sampai dalam lima menit.
“beeeeb.. beb….” Aku mersakan kembali getaran notification pada ponselku, aku berfikir pasti Dita sudah membukakan gerbang  rumahnya dan mencari ku mengapa aku tidak ada. Tidak lama aku merasakan getaran pada ponselku lebih lama, penanda ada panggilan masuk, aku tetap mengacuhkannya.
“sabar dit gua masih otw” gumamku dalam hati.
Akhirnya aku sampai di depan gerbang Dita, aku memencet bell menunggu sebentar sampai Dita datang.
“bawel banget sih lo nelponin gua mulu, gua lagi di jalan tau. Lo kan tau kebisaan gua kalo bilang udah nyampe brati gua lagi di jalan ngebut” aku langsung mencecar Dita, Dita memasang wajah binggung dan langsung membantah.
“Apaan sih orang gua juga bales pesan lo cuma sekali dah” sambil menunjukan ponselnya kepadaku.
Aku segera mengecek ponselku. Benar saja ada lima pesan belum terbaca yang salah satunya adalah dita dan 4 nomer yang tidak di kenal, dan 9 panggilan tidak terjawab dari nomer yang tidak di kenal. Aku segera membuka pesan itu satu persatu sambil melangkahkan kaki masuk kedalam rumah Dita.
“are you get mad to me?”
“hey I gonna meet up with you”
“mu?? Why you not rep my calling or message?”
“miss you mu”
“Ahh ternyata manusia itu lagi” gumam ku perlahan.
“siapa mut? Ada apa?” Dita menoleh kepadaku sambil memberiku minum.
“nanti gua ceritain ya” kata ku sambil segera memasukan ponselku. Segera aku menenguk air yang di berikan dita, aku merasakan sedikit kelelahan, sepertinya karena balapan tadi, hey aku baru teringat siapa yang memenangkan balapan tadi, haha kapan-kapan aku harus mencobanya lagi, lumayan juga untuk hiburan haha, aku tertawa dalam hati.
“cerita di kamar gua aja yok, takut berisik bude sama pakde tar bangun”
“oh iya iya” aku mengikuti Dita dari belakan sambil membawa gelas yang tadi aku pakai untuk minum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar