“masih pukul empat sore, ah betapa lamanya waktu ini berjalan, Muti, Dinda dan Dita pun tak kunjung datang. Padahal dia berjanji akan datang menyiapkan segalanya.” Gumamku dalam hati. Aku tidak berhenti memandangi jam dinding ku yang seakan berjalan sangat lambat. Ini adalah pertemuan pertamaku dengan Rick semenjak aku putus dengannya, entah kenapa rasa tegang yang aku rasakan sekarang sama waktu pertama kali Rick menyatakan perasaannya kepadaku. Apakah ini pertanda baik? Sudahlah aku hanya bisa menerka-nerka dengan mengembangkan senyum yang sangat luas seperti pisang.
“Flowwwwwww sorry kita telat, tadi abis ke butik dulu nyari gaun yang pas buat lo, haha abisan badan lo abnormal sih badan kaya anak sd, tinggi kaya pemain basket jadi susah nyari gaun yang pas. Tapi tenang kita dapat gaun yang terbaik dan ini keren, kita yakin lo bakal suka hehe” kekeh Dita sambil mengatur nafasnya yang sedikit teresengal. Melihat dari gerak nafasnya aku berani taruhan pasti mereka lari ke secara hina ke kamar ku yang berada dilantai dua. Aku melirik kearah gaun yang mereka pegang. Benar saja baru melihatnya sekilaspun aku sudah terpanah. Gaun merah muda dengan bertali satu untuk diikatkan pada bagian leher, dan dengan aksen tali pita untuk dibagian belakangnya. Simple dan elegan, ya itu yang selalu menjadi andalan fashion andalanku. “woi flow malah bengong. Udah kagum sama gaunnya nanti aja. Sekarang cepetan lo mandi jangan lupa luluran biar wangi hahaha pake kembang tujuh rupa apa lagi boleh banget heheh” cloteh Dinda membuyarkan lamunanku. “Gila kali pake kembang tujuh rupa, nyari dimana coba hahaha, iya bentar ya gua mandi dulu. Kalian pada disini diem jangan kemana-mana abis ini make over gua ya.”
Aku menyalakan showerku dan mengaturnya menjadi air hangat. Aku merasakan tiap bulir bulir air mengenai tubuhku ini. “Aku pasti bisa jadi milikmu lagi” gumamku dalam hati.
Tak terasa aku sudah menghabiskan waktu selama 45 menit di dalam kamar mandi. Aku keluar dengan mengenakan mantel mandi beserta handuk yang masih membungkus kepala ku agar air sisa pembilasan shampoo tadi tidak berceceran.
“Lama amat sih princess flow mandinya, mentang-mentang mau ketemu sang mantan terindah hahaha” ledek Dita. “yaelah usaha dikit buat perjuangin mantan mah gak papa hehe” jawabku singkat sambil nyengir. ”Eh mana gaunnya? Gak sabar ini buat nyoba hehe” “ tuh diatas kasur lo. Hati-hati rusak haha lo kan dewi perusak tiap yang di pegang pasti rusak” ledek Muti. “Ye sembarangan aja lo. Ah udah gua mau nyoba gaunnya dulu. Bentar ya.”
Aku memandangi gaun hitam itu yang sudah melekat ditubuhku. Ah indah sekali, sahabat-sahabat ku itu memang sangat tau seleraku dan sangat bisa aku andalkan. Sekali lagi aku menatap tangkapan bayanganku pada cermin besar yang bergantung tepat didepanku. Gaun itu menutupi sekitar 10 sentimeter diatas lututku, cukup sopan menurutku. Gaun ini membuat tubuhku yang sangat langsing ini menjadi terlihat lebih berisi, kulitku yang berwarna kuning langsat sangat menyatu dengan gaun merah muda ini dan aku merasa aku semangkin cantik dengan gaun ini. “Tinggal satu sentuhan lagi dan aku akan menjadi sempurna” aku tersenyum kepada bayanganku sendiri.
“Wow amazing flow padahal baru pake gaun doang belum gua kasih sentuhan make up tapi lo udah cantik banget” kata Dita sambil menghampiri ku dan memutari tubuhku, memerikasa tiap detailnya. “Sumpah gua aja yang cewe ngakuin lo cantik banget flow” Dinda ikut-ikutan memujiku dan menatap ku secara dalam. “Gua yakin Rick pasti ikut terpesona liat lo. Dan dia pasti bakal ajak lu balikan” sahut Muti.
“Ah kalian apaan sih, biasa aja kok hehe kalo cantik emang dari dulu kali, kalian aja yang gak pernah mau ngakuin kalo gua emang cantik hahaha” jawabku cengegesan. “huuuuuhhhhh” mereka bertga kompak menyoraki ku, kita semua tertawa gembira. “Sudah-sudah, ayo cepat dandanin gua, ini udah mau jam 5, kalian kan tau jalan Cibubur macetnya gimana, eh tapithanks ya gaunnya indah banget, ini selera gua banget. Dan gua akuin emang gua ngerasa lebih cantik pake gaun ini walaupun kenyataannya gua emang cantik heheh” jawabku sambil mengembangkan banana smile dan memeluk mereka.
***
Selama proses make over aku hanya memejamkan mataku karena aku sangat percaya mereka. Mereka sangat bisa aku andalkan dan pasti tidak akan mengecewakanku. Tidak lupa mereka memasang melindung untuk menutupi gaun indah ini agar tidak kotor terkena tumpahan make up. Terasa dingin ketika foundation yang di olesan Dita ke wajah orientalku, dengan lembut Dita menorehkan dan meratakannya diwajahku. Setelah itu aku tidak bisa menerka apa lagi yang mereka torehkan diwajahku, maklum saja walaupun di sekolah aku terlihat sangat girly tapi aku tidak pernah mengenakan make up. Cukup lama aku merasakan wajahku di torehkan berbagai macam riasan, dan kali ini Dinda seperti mengoleskan lipsgloss di bibir tipisku.
”Ahhh sempurna” teriak Dita. “Asli muka lo kaya Barbie chiness flow” saut Dinda tidak kalah kerasnya. Kamar ku mulai berisik dengan celotehan mereka yang tiada hentinya memuji hasil karya mereka yang mereka aplikasikan pada wajahku ini. Tetapi aku masih terus menutup wajahku, menikmati tiap celotehan mereka.
Aku perlahan tapi pasti membuka kelopak mataku agar detail hiasan yang ada di mataku ini tidak berantakan, menatap wajahku yang terpantulkan oleh bayangan di cermin cukup lama, memperhatikan setiap detail mahakarya yang dibuat oleh ketiga sahabatku itu. Ah ini aku tidak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata, bahkan untuk kata-kata sempurna pun tampaknya tidak cukup, ini sangat-sangat perfect. Dengan warna blush on merah muda kalem dengan sedikit aksen orange, eyes shadow yang membagi dua kelopak mataku horizontal, bagian yang menjorok ke dalam kelopak mataku yang dekat ke hidung mereka beri warna biru muda nan cantik setra bagian yang kearah luar mereka beri warna merah muda dengan sedikit berkilau. Lalu disudut mataku mereka membuat sudut dengan eyeliner yang mempertegas bentuk mataku dan tidak lupa mereka memberikan maskara. Sungguh mata yang indah menurutku selain pada mata aku sangat suka pada bagian bibirku. Walaupun bibirku tergolong tipis, tapi mereka membuat bibirku terasa sempurna, dengan lipsgloss berwarna nude dan sedikit mengkilap. Tak kusangka aku terdiam cukup lama.
”Woiii flow malah melamun, gimana lo suka ga? Kalo gak masih ada waktu kok buat ganti tema riasannya” tiba-tiba Dita mengejutkanku dan membuatku terdasar dari lamunanku. “Eh.. eh suka kok Dit suka banget malah hehe, gua pikir tadi kalian bohong, ternyata bener ini sempurna banget makasih ya. Emang deh kalian sahabat Flow yang paling bisa gua andelin” aku tersenyum kepada mereka. ”Udah-udah senengnya nanti dulu, gua kan belum nunjukin skillnata rambut nih hehe, kan Dita sama Dinda udah tuh, sekarang giliran gua. Ayo sini flow.” Muti tiba-tiba memotong pembicaraanku sambil mendudukan aku secara perlahan.
Dengan cekatan Muti menyisir rambutku, dan akupun refleks menutup mataku, biarlah ini menjadi kejutan untuk kesekian kalinya untuk hari ini.
***
Tak kusangka sekarang sudah pukul 18.15 yang artinya ini tinggal empat puluh lima menit lagi waktu aku mempersiapkan diriku secara cepat dan segera berangkat, karena aku tidak mau menua di perjalanan karena macet yang tidak bias di toleransi dan membuat semua persiapanku berantakan hanya karena macet yang menyebalkan ini.
Aku bergegas masuk kedalam mobil Honda jazz yang diberikan ayah ku ketika aku berulang tahun ke 15, karena dia sangat tau aku sangat menginginkan mobil ini. Aku menamain mobil ku dengan reddy, reddy mempunyai sisipan kata red yang berarti merah, ya karena mobilku ini berwarna merah yang merupakan salah satu warna favoritku. Dan reddy ketika di lafalkan terdengar seperti ready yang artinya siap. Ini berarti mobilku siap menemaniku kemana saja dan dia menjadi salah satu teman terbaikku yang tidak pernah mengeluh untuk menemani ku kemana saja.
Ketiga sahabatku ikut menemaniku ke black romantic seperti kesepakatan tadi siang ketika berada dikantin sekolah. Tetapi karena mereka memakai mobil Dinda ketika hendak kesini sebelumnya, akhirnya mereka kembali menggunakan mobil Dinda menuju black romantic.
“sialll………….” Gumamku dalam hati. Benar saja jalan alternatif Cibubur macet parah karena bertepatan dengan jam pulang kantor ditambah lagi dengan sedikit hujan ringan yang memperparah kemacetan. Aku bersandar lemas pada sandaran jok mobilku, aku tidak mau merusak tatanan rambutku yang sudah di siapkan dengan sangat indah oleh Muti. Sekarang sudah pukul 18.30 artinya waktuku tinggal setengah jam lagi, dan black romantic masih sangat jauh dari sini, apa yang harus aku lakukan? Aku hanya bisa bersungut-sungut dalam hati. Menunggu ya hanya menunggu, tak ada lagi hal yang bisa aku lakukan sekarang, sekalinya aku mau naik taksi pun akan percuma, dengan kondisi macet yang seperti ini, dan jika aku harus mengambil alternatif untuk naik ojek itu tidak mungkin karena itu akan merusak segalanya, semua yang telah di persiapkan oleh teman- teman ku akan rusak begitu saja ditambah dengan sedikit rintikan hujan yang akan memperparah itu.
“Kenapa mesti macet sih? Masa iya rombongan presiden lagi lewat, atau jangan-jangan ada truck sampah yang terguling di depan karena jalanan licin? Ah sudahlah aku tidak peduli. Ayolah agggrrrhhhh…..” aku terus bersungut-sungut, meskipun aku tau ini tidak akan memperbaiki keadaan.
Perlahan tapi pasti reddy mulai melaju secara perlahan, walaupun dengan sangat lambat setidaknya ini lebih baik dari pada hanya stuck.
***
Tepat pukul 19.20 aku sampai di black romantic, aku hanya bisa berharap rick tetap menunggu ku dan tidak pergi meninggalkan ku. ”beeeep beep beeeep..” suara ponselku bergetar, ah ternyata Muti yang mengirim bbm “semangat flow kita tetep nemenin lo kok dijarak yang aman, kita semua doain yang terbaik buat lo. Gluck kawan” Aku tersenyum melihat pesan pemberi semangat itu dan segera aku membalasnya “thanks ciway kuuuhhh mwaaahhh :*”
Aku kembali meyakinkan diriku, menginjakan kaki di lobby kafe ini. “Berkati aku Tuhan” Aku menghampiri petugas di depan pintu dan menyebutkan nama lengkap Rick. Dengan cepat dan sigap pelayan itu mengantarkan aku ke meja rick. “ya Tuhan Rick masih menungguku puji Tuhan sekali, dan astagaaaa dia sangat tampan” aku berdecak kagum memandangnya dari kejauhan sampai akhirnya pelayan tadi mengagetkan ku.
Rick yang mengenakan sweater v neck berwarna gelap sedikit menyerupai warna jeans sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih, sneakers, celana jeans serta rambut yang sedikit panjang dan berantakan namun tetap memberikan kesan keren.
“Ayo cepat nona, tuan Rick sudah menunggu anda” “eh iya iya maaf” aku segera berjalan mengikuti pelayan itu. Detak jatung ku berdegup sangat kencang, aku sangat gugup, sama seperti saat pertama kali aku kencan dengannya. “Flow tarik nafas tenangin diri lo, jangan terlihat seperti orang idiot yang akan merusak segalanya. Lo pasti bisa dan sebentar lagi Rick akan menjadi milik lo lagi” aku berbicara didalam hati mencoba memberi sugesti positif pada diriku.
***
“Hei flow, aku kira kamu gak akan datang” Rick langsung berdiri dan menjabat tanganku, sontak aku merasakan seperti disengat ribuan biang es, rasanya dingin dan aku rasa aku membeku beberapa saat, jantungku seakan berhenti berdetak saat tangan itu meremas pelan tanganku. Ah aku seharusnya sudah biasa untuk sekedar bersalaman dengan dia, tetapi kenapa rasanya sekarang berbeda? Ingin sekali aku menahan tangannya lebih lama menggengam tanganku, aku tidak mau melepaskan dan kehilangan gengaman itu, ya aku tidak mau kehilangan Rick.
“Gak mungkinlah aku gak datang hehe, apa lagi kamu yang undang” Aku mengeluarkan senyum terbaikku, dengan mengembangkan bibir tipis ini sontak membuat lesung pipiku tergambar dengan jelas. Dengan sedikit salah tingkah aku tersenyum kepadanya. Sampai-sampai aku tidak tersadar jika Rick sudah dengan cepat berada disamping ku, menyiapkan kursi dan mempersilakan aku duduk. “Ayo duduk, pasti kamu capek kan nyetir sendirian ditengah macet parah tadi? Eh by the way kamu cantik malam ini” aku pun segera duduk setelah kursi itu di siapkan oleh Rick. Rasanya ingin terbang ketika Rick mengucapkan kata-kata tersebut, sekali lagi aku memuji hasil karya yang ketiga sahabatku itu dalam hati.
***
Setelah cukup lama aku memperhatikan , kenapa dua insan itu hanya sibuk dengan dirinya sendiri, aku rasa ada yang tidak beres. “Itu Flow sama Rick kok diem dieman gitu ya?” aku mengeluarkan kata-kata tampa aku sadari. “Yaelah wajarlah mantan ketemuan pasti masih rada canggung, tunggu aja tar mereka pasti bisa nge fun lagi” jawab Dita mencoba berfkir positif. “bukannya gitu, perasaan gua gak enak, si Rick sibuk sama gadgetnya, dan si flow dianggurin gitu, kasian gua liatnya. Apa Rick lagi bbman sama cewe lain? Apa Rick udah punya yang baru ya? Terus dia niatnya mau pamer ke flow?” tambahku lagi “udah positive thinkingajalah Mut, mungkin Rick lagi sibuk sama get rich, kan lo tau itu lagi booming banget, lagian Rick gak mungkin sejahat itu. Lo tau kan alimnya dia gimana?” Dinda pun ikut menambahkan sambil tetap sibuk dengan twitter di gadgetnya juga.
Aku terus mengaduk-ngaduk pasta yang ku pesan, aku tidak lapar, aku memesan ini sebatas syarat untuk aku bisa duduk di dalam kafe ini dan memantau apa yang terjadi pada Flow. Jujur aku menyayangi dia dan aku tidak ingin ada sesuatu hal yang membuatnya sedih. Firasatku mengatakan kalau ada sesuatu yang tidak beres disini, dan aku hanya takut terjadi apa apa dengan flow. Entahlah aku tidak tau apa yang sedang di rencanakan oleh Rick, aku hanya bisa berdoa agar Tuhan melindungi perasaan Flow.
***
Kita terdiam beberapa saat, terasa kaku aku dan dia, Rick hanya bermain-main dengangadgetnya dan aku sendiri tidak tau harus melakukan apa. Apakah setiap pasangan yang baru saja putus dan bertemu kembali akan melakukan hal yang seperti ini juga? Diam dan canggung. 15 menit berlalu tampa adanya obrolan dan ini sangat menyiksaku. Aku seperti berada di ruang yang hanya tersisa sedikit oksigen, aku benci situasi ini.
Aku mencoba melihat sekeliling ku, berusaha mencari peralihan dari situasi tidak menyenangkan ini. Kafe ini sangat keren dengan tema berwarna hitam tetapi tetap mengandung unsur keromantisan. Di design sepeti ini mungkin karena ingin menimbulkan kesan malam yang romantis, dengan lilin-lilin cantik di setiap mejanya lalu terdapat lantunan lagu jazz yang lembut membuat suasana kafe ini sangat sempurna. Tetapi semua suasana ini berubah ketika aku dan Rick hanya salling terdiam dan tidak ada percakapann diantar kami. Ketika mataku berkeliling melihat dan meresapi setiap keindahan dari kafe ini, akhirnya mataku menemukan dimana ketiga sahabatku itu duduk. Mereka duduk lumayan jauh dari meja aku dan Rick. Aku memasang wajah cemberut kepada mereka karena merasa tidak di gubris oleh Rick, mereka tersenyum kepadaku sambil mengacungi jempol dan memberi semangat kepadaku.
“Kamu liatin apa Flow?” tiba-tiba Rick memecahkan keheningan diantara kami. “eh hummm tidak-tidak, aku hanya sedang memperhatikan design dari kafe ini saja. Aku terlalu binggung ingin melakukan apa dari dari cuma duduk diam tampa melakukan sesuatu. Hehehe” jawabku seenaknya sambil tertawa terkekeh dan menujukan banana smile ku. “ haha dasar kamu masih sama ya kaya yang dulu, masih kaya anak kecil yang polos”
Dan akhirnya kita sudah bisa berbicara dengan lancar dan tidak canggung lagi, tampa adanyaice yang membekukan kita, dan aku pun sudah bisa mengurangi rasa deg-degkan ku.
“eh Rick by the way kenapa kamu ajak aku kesini?” “sebenenya ada yang mau aku kasih tau kekamu tapi nanti aja ya belum saatnya” jawab Rick singkat, “lho belum saatnya? Terus kenapa kamu ajak ketemuannya aku sekarang kalo belum saatnya” jujur aku tidak mengerti maksud Rick apa, dia selalu bilang belum saatnya, perasaanku pun menjadi tidak enak. Aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, berharap situasinya menjadi baik kembali.
“loh kok malah bengong, itu dimakan. Kamu itu udah kurus gak mau makan, mau jadi kulit berjalan kamu? Hahahah” sektika aku tertawa saat Rick mencoba untuk mengeluarkan leluconnya, dan aku bersyukur Rick sudah memulai obrolan kembali. “eh hahaha iya iya aku makan kok, tapi suapin dong” aku tiba-tiba menjadi suara dan ekspresi manja, seakan aku lupa jika aku dan Rick sudah tidak memiliki hubungan apa-apa lagi. “aduuh kamu udah mau jadi mahasiswa masa masih manja sih, katanya mau kuliah di luar kota, belajar mandiri dong, ayo cepat makan makananmu” ketika aku mendengar kata-kata itu hatiku rasanya di remas-remas dan menjadi serpihan-serpihan kecil yang terhempas oleh angina sandy, aku tersadar jika kata-kata Rick barusan adalah penolakan secara halus. “eh iya maaf, yaudah aku makan ya” aku memasang sedikit raut kekecewaan karena penolakan tadi, tapi aku tetap berusaha tersenuyum walaupun sedikit dengan paksaan.
Ketika Rick sendang kembali sibuk dengan gadgetnya, dia tiba-tiba tersenyum dan melambaikan tangan kearah lobby kafe. Ada seorang wanita cantik yang sepertinya seumuran denganku, ia mengenakan short dress dengan warna hazel, di kepang kearah belakang persis seperti bidadari, sebagai wanita pun aku mengakui kecantikan wanita itu. Segera Rick menghampiri wanita itu dan memperkenalkannya kepadaku.
***
“Guys liat itu siapa yang lagi jalan sama Rick?” suara dita tiba-tiba mengagetkanku. “hah mana-mana?” Dindapun seketika menghentikan kegitannya dengan gadgetnya. “anjiirr kan, bener firasat gua, itu cowo gak bener” tiba-tiba emosiku memuncak ketika melihat apa yang terjadi di depan mataku. Segera aku berdiri dan mengepalkan tinju bersiap untuk menghajar Rick. “Mut lo mau ngapain hah? Udah duduk dulu tenang, kita kan belum tau siapa cewe itu, bisa aja itu sepupu atau temannya” Dita berusaha menahanku. “iya Mut udahliat itu siapa yang lagi jalan sama Rick?” suara dita tiba-tiba mengagetkanku. “hah mana-mana?” Dindapun seketika menghentikan kegitannya dengan gadgetnya. “anjiirr kan, bener firasat gua, itu cowo gak bener” tiba-tiba emosiku memuncak ketika melihat apa yang terjadi di depan mataku. Segera aku berdiri dan mengepalkan tinju bersiap untuk menghajar Rick. “Mut lo mau ngapain hah? Udah duduk dulu tenang, kita kan belum tau siapa cewe itu, bisa aja itu sepupu atau temannya” Dita berusaha menahanku. “iya Mut udah-udah clam dulu aja, jangan bikin keributan disini. Kita pastiin dulu cewe itu siapa”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar