“guyssssss couple gua ngajakin ketemuan nih” tiba-tiba Dinda menjerit, memecahkan keheningan kita setelah berpusing ria dengan TO yang menyusahkan.
“hah pacar imajinasi lo itu?” saut Dita dengan tidak kalah kencangnya.
“dia bukan imajinasi please, dia orang nyata tapi bedanya gua gak bener-bener pacaran sama dia.” Jawab Dinda sambil cemberut.
“terus kenapa lo seneng banget gitu kalo pacarannya bukan beneran?” aku pun terheran dengan tingkah Dinda yang seperti terkena angin segar, aku sedikit memajukan badanku untuk meminta penjelasan lebih dari Dinda.
“ya kan ini emang role player, tapi gak semuanya faker, perasaan bisa beneran loh, apalagi kalo kita udah nyaman banget sama dia” jawab Dinda.
“tunggu bentar, lo tau gk dia siapa? Minimal foto aslinya dia, jangan macem-macem tar lo di culik. Kan banyak berita penculikan dari media social” muti menimpali jawaban Dinda
“ya belum tau sih” jawab Dinda sambil mengaruk kepalanya yang sebenarnya tidak terasa gatal.
“terus kenapa lo seneng gitu? Jangan bilang lo punya real Feeling sama dia?” Muti kembali mengintrogasi Dinda. Kita pun reflex memajukan badan kita menghimpin Dinda dan memasan wajah penuh dengan penasaran menanti jawaban apa yang akan keluar dari Dinda.
“di bilang real feeling gak juga sih, tapi ya dia bisa bikin gua nyaman. Kalian liat kan gua kalo udah chat sama dia serasa gadget addict yang gak bisa lepas dari gadget” jawab Dinda sambil menciutkan mukanya, dia terlihat takut akan dimarahi oleh kami.
“gila lo. Apa yang bisa bikin nyaman????” jawab muti hampir membentak Dinda.
“mut… mut clam down” aku memegang muti dan mengelus punggungnya dan agar emosinya tidak tersulut.
“apa kurangnya kita mut? Kenapa dia bisa bikin lo kaya gini?” Dita melontarkan pertanyaan, seolah tidak percaya posisinya dia sebagai sahabat nyata bisa terkalahkan oleh orang yang tidak jelas keberadaan dan wujudnya.
Kami semua terdiam, rasanya tidak adil jika kami terus menghujani Dinda dengan bermacam-macam pertanyaan seperti itu. Jujur akupun tidak mengerti mengapa ada orang yang sangat terobsesi dengan dunia maya.
Tidak lama kemudian handphone ku bergetar “beebbb… beeeb..beb” aku segera meliat notifikasinya, ternyata Ann mengirim BBM kepadaku ”ka Flow dimana? Sibuk tak?”
“ada apa Ann? Enggak sih, sekarang lagi kumpul di sevel depan sekolah ku sama temen-temen. Sini join”
“eh nanti aku ganggu kalian”
“sudah tidak apa-apa kamu kan sahabat aku juga, biar semua sahabatku bisa saling kenal :)” aku tidak lupa memberikan emot senyum kepadanya.
“oke deh ka :)”
Akhirnya Ann mau kesini, aku juga berharap semoga Rick yang mengantarkan Ann nanti, aku rindu manusia tampan itu.
“Guys nanti Ann kesini” aku memecahkan keheningan yang sejak tadi teman-temanku hanya terdiam.
“ooh” muti hanya ber oh saja. Aku tidak mengerti apa salah Ann kepadanya, Muti seperti sedikit tidak menyukai Ann. Padahal setahu ku mereka tidak pernah bertemu dengan Ann sebelumnya.
“Ann itu siapa Flow?” Dita meresponku lebih baik dibanding Muti, dan Dinda masih sama terdiam dengan Gadgetnya. Entah apa yang Dinda lakukan, mungkin curhat dengan pacar ilusinya hmn..
“itu loh yang dating waktu dinner gua sama Rick”
“oh iya tau-tau” ”bay the way ngapain dia kesini?”
“mau main aja, ya itung-itung kenalan sama kalian juga kan? Hehehe kalian gak keberatan kan Ann join disini?”
“ya enggaklah” jawab Dita.
“gua sih keberatan” tiba-tiba Muti berbicara.
Aku setengah tidak percaya dengan jawaban Muti, kenapa dia seperti itu. Sepertinya dia sangat membeci Ann.
***
Aku tidak mengerti, mengapa Dinda begitu terobsesi dengan pacar kahayalannya itu. Maksudku itu hanya media sosial setidaknya Dinda tidak benar-benar tau siapa orang yang disana dan bagaimana kehidupannya dan yang lebih menyedihkan hatiku seperti teriris-iris adalah saat aku mengetahui Flow menjadi sangat dekat dengan Ann padahal dia hanya dua kali mereka bertemu. Aku bergumul dengan hatiku, kenapa anak itu harus datang kesini, bergabung dengan teman-temanku. Ingin rasanya aku pergi dari tempat ini sebelum Ann datang.
“Beebb… beeeb..” handphone ku bergetar, aku melihat sebuat pesan dari seseorang yang selalu mengganggu sebulan ini. Dia adalah mantan ku ketika aku kelas 11. Aku berpacaran cukup lama dengannya sekitar setengah tahun lebih. Tetapi kami berpacaran hanya sebatas di media social. Bedanya dengan Dinda aku tidak menggunakan akun RP untuk mendapatkan pacar, aku memakai akun pribadiku, ketika itu ada yang menambahkan aku kedalam list pertemanannya, aku mengadd dia balik,setelah itu kita sering chat, sampai akhirnya aku merasa nyaman dengannya dan ketika dia meminta nomorku, aku langsung memberikannya tampa pikir panjang. Kita tidak hanya chat biasa, disitu kita mulai menggunakan kata sayang atau cinta dan banyak lagi kata-kata manis layaknya sesepasang manusia yang sedang di mabuk asmara. Awalnya hanya bercanda tetapi semangkin lama aku semangkin merasakan butuh akan dia, aku mulai sering mengecek notification semua gadget ku, menunggu sebuah chat dari manusia itu. Sampai akhirnya aku memberanikan diri untuk meyakinkan perasaanku padanya walaupun aku tidak pernah bertemu langsung dengannya. Dan aku terkejut saat dia juga mengakui memiliki perasaan yang sama dengan ku. Dan seperti dugaan kalian, aku jadian dengannya menjadi seseorang yang dilanda mabuk asmara. Aku seperti mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dengan hadirnya dia di kehidupannku, apapun kegiatan yang aku lakukan, bagaimana perasaan aku hari itu dan segala sesuatu yang terjadi selalu aku ceritakan padanya, dan sebaliknya diapun begitu, tidak akan pernah habis topik ketika aku chat dengannya. Tapi itu semua tidak berlangsung lama, setelah berjalan 4 bulan aku dan dia mulai jarang komunikasi, dia beralasan sibuk dengan ujian akhir dan mencoba fokus terlebih dahulu, tepat di bulan kelima aku dan dia sudah hampir lostcontact dengannya, tetapi aku masih menunggu dia hingga sebulan lebih aku menunggu dia, dia tetap tidak ada kabar dan aku memutuskan untuk berhenti menunggu dia dan meganggap ini sudah selesai.
“hey I’m in Indonesia now, just for you, yeah I hope we’ll become together again”
Aku membaca pesan itu, setengah tidak percaya dengan pernyataannya, sekarang mengapa di saat aku benar-benar ingin melupakannya dia kembali hadir secara tiba-tiba setelah sudah berbulan-bulan dia meninggalakan aku. Rasa kesal, dan amarah bercampur jadi satu, ingin sekali aku memaki dia berteriak di depan wajahnya, tetapi ada rasa rindu juga aku padanya ingin memeluknya secara nyata.
Aku tidak segera membalas pesannya, aku tidak mau memberikan kesan kalau aku memberikan dia space lagi didalam hidupku. Aku segera memasukan ponselku dan kembali mengikuti pembicaraan dengan mereka.
***
“Ka flow aku di sudah di depan sevel coba kaka keluar deh, oh iya aku diantar sama ka Rick nih hihi”
Ada perasaan senang saat aku membaca pesan dari Ann entah senang karena dia telah tiba disini atau mungkin karena aku akan melihat Rick lagi? Entah lah yang penting aku senang akan kehadiran mereka berdua.
Mataku segera mencari-cari dimana Ann dan Rick pastinya, kebetulan kita duduk di sisi yang menghadap jalan langsung, dan dengan cepat aku menemukan mobil jaguar silver terhenti di parkiran yang tidak terlalu ramai, mobil itu terlihat mencolok di parkiran seven eleven karena rata-rata yang terpakir disana adalah sepeda motor. Dan aku yakin pemilik jaguar silver itu Rick.
Aku melihat Rick keluar dari mobilnya, sangat tampan dengan penampilan yang sempurna seperti biasanya walaupun ia hanya menggenakan sweater roll neck berwarna biru dongker dan jeans, dan memadukannya dengan sneaker. Rick juga mengenakan snapback entah bertuliskan apa, tapi yang jelas Rick sangat keren. Aku belum melihat Ann, sepertinya dia masih di dalam mobil takut tersengat panasnya matahari Jakarta dan polusinya hahaha.
“guys gua kedepan dulu ya bentar mau jemput dia, dia udah dateng nih” aku segera berdiri dan hendak meninggalkan mereka.
“halah mau jemput Ann atau mau ngeliat mantan terindah? Hahaha” Dinda meledekku dan sontak teman-teman ku yang lain tertawa melihat tingkah ku yang salah tingkah dan pipiku yang memerah karena malu. Aku berusaha untuk tidak mengubris mereka dan segera menuju Ann, atau lebih tepatnya Rick hehehe.
“tuh tuh yang magamon mah begitu tuh hahaha” aku masih sempat mendengar celotehan muti walaupun aku sudah pergi menuju Ann.
Ketika aku sudah di area depan sevel Ann keluar dari mobil Rick dan segera menghampiriku, gadis ini berpakain lebih casual sekarang, dengan baju rajut panjang berwarna merah muda dan rok mini berwarna sama dan flat shoes berwarna senada namun sedikit lebih kearah pastel lembut. Benar-benar seperti babrie gadis ini dengan rambut sebahu digerai dan poni selamat datang yang lucu. Ketika mereka semangkin dekat denganku, tiba-tiba saja jantungku berdetak dengan sangat cepat dan rasanya aku pun sedikit salah tingkah.
Aku sedikit terhentak saat meliat snapback yang digunakan Rick, iitu snapback pemberianku bertulisakan namaku “flow” aku memberikan itu saat anniversary setahun dengannya dan aku sengaja memesan snapback bertulisakan namaku, dan sekarang aku melihat Rick mengenakan itu, rasanya senang sekali tidak bisa aku gambarkan dengan kata-kata, aku pikir semua barang pemberian ku akan Rick museumkan.
“Hai ka flow, aku ajak ka Rick ya, kebetulan di rumah tidak ada supir jadi sekalian aja aku ajak ka Rick hehe lumayan juga Ka Rick bisa Ann andalkan buat jadi supir hehehe” Ann terus berceloteh aku tidak mengubrisnya, mataku terus tertuju kepada Rick. Aku seperti anak norak yang tidak pernah melihat laki-laki tampan sebelumnya. Aku masih terhanyut memandangi Rick, andai dia masih menjadi pacarku, dan semoga dengan Rick memakai snapback itu menjadi kode kalau dia ingin kembali kepadaku, semoga.
“flow lo kenapa?” tiba-tiba Rick mengangetkan lamunanku, dia memberikan gerakan tangan di depan wajahku, sontak akupun menjadi malu karena tertangkap basah sedang memperhatikannya.
“eh eh enggak, aku Cuma kaget aja ngeliat kamu pake snapback tulisan nama aku ehehe” kataku sambil mengaruk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal.
“oh ini haha ini tadi pagi Ann masuk kamar gua minta di temenin kesini terus dia liat snapback ini, terus dia nyuruh gua pake ini deh sekarang, sorry ya kalo lo gak suka” Rick langsung melepaskan snapbacknya dan hendak menuju mobil. Aku relflek memegang tangannya menahannya untuk tidak pergi.
“jangan pergi, tetap disini, temani aku, aku mohon, dan pakai lagi snapback itu” entah bagaimana caranya aku bisa sedemikian reflex berbicara seperti itu kepada Rick. Dia Nampak binggung dengan ucapanku, kemudian dia tersenyum walaupun hanya sekilas tapi aku melihatnya dengan jelas melaluli garis-garis wajahnya.
Aku melupakan suatu hal, yaitu Ann, mungkin dia binggung apa yang terjadi antara aku dan Rick, tetapi aku tidak terlalu mempedulikannya sekarang.
“cie elah pada magamon gitu haha” Dita meledek ku saat kami bertiga datang, mungkin dia melihat tulisan di snapback Rick, walaupun sekarang dia menggunakannya terbalik.
***
Aku hanya memandang dari kejauhan, aku senang flow masih memiliki rasa sayang kepada Rick, dan aku pun berharap Rick juga memiliki perasaan yang sama ke flow, semoga saja itu pertanda jika Rick ingin kembali kepada flow. Entah kenapa di balik senyuman ku melihat Flow dan Rick didalam dada ini terasa sedikit sesak, padahal aku sudah melihat kedekatan Flow dan Rick lebih dari setahun saat mereka berpacaran, tapi sekarang rasanya berbeda. Seperti ada rasa ketakutan di dalam diriku jika Flow kembali kepada Rick. Mungkin hanya perasaan seorang sahabat yang takut akan teman baiknya di sakiti lagi oleh seorang cowok.
Mereka semangkin mendekat menuju kami, aku melihat sekilas kearah gadis yang selama ini dekat dengan Flow, dia Ann. Walaupun aku hanya melihatnya sekali dan itu pun juga dari jarak jauh ketika menemani Flow menuju café, rasanya aku tidak iklas jika dia juga berdekatan dengan flow, aku terlalu takut jika flow mendapatkan teman baru, dia akan melupakan aku. Eh tapi hey kenapa muka anak itu sedikit muram? Apa dia takut tidak di terima dengan kami? Ah tidak peduli juga.
Setelah mereka datang dan duduk, aku memperhatikan Ann sedikit anak itu sepertinya mirip dengan Dinda yang seorang gadget maniak. Karena dia tidak pernah melepaskan Gadgetnya, dia selalu beralih dari ponselnya yang merupakan Iphone 6 keluaran terbaru, dan menuju tabnya yang aku tidak terlalu melihat jenis apa itu. Aku terus memperhatikan antara Ann dan Dinda, apa sebuah kebetulan mereka seperti membuat pola terstruktur, disaat Dinda mengalihkan pandagannya, berbincang dengan kita Ann seperti membalas chat atau apalah itu kepada seseorang yang tidak di ketahui, dan setelah Ann menurunkan Gadgetnya tidak lama kemudian ponsel Dinda berbunyi notifikasi. Dan begitu terus sebaliknya selalu berulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar