Kamis, 03 Desember 2015

ABSTRACT MACHINE AND CHARACTER

ABSTRACT MACHINE
  • aims to learn how to make libraries ( as well as string.h , stdio.h , etc. )
  • every button on the abstract machine is actually a function or procedure
  • create an abstract machine is a mechanism to design and create libraries that libraries are not easily replaceable and easy to use.

CC - current character
START - turn on the machine, and enter one character. 
INC - forward one character
ADZ - forward to find the next character (whitespace ingored) 
GET CC - take the cc
EOP - light on if the meeting point as the end of process. 

for example c language program







Rabu, 02 Desember 2015

Role or Real #7

Hari yang menyenangkan, aku berkumpul bersama teman-temanku, Rick, dan Ann. Terasa sempurna, walaupun aku dan Rick lebih banyak menjaga image kami masing-masing. Aku menjadi sangat kikuk saat berada di dekatnya. Aku mengambil ponselku mengecek notificationnya berharap Rick mengirimi aku pesan atau sebagainya. Tetapi harapanku musnah tidak ada satupun notif dari Rick, yang ada malah notif pengiriman clover getrich, disitu saya merasa sedih.
Aku mengscroll recent update dan melihat-lihat hal sebenarnya tidak ingin aku ketahui. Aku terkadang merasa malas buka BBM karena hanya berisi broadcast tidak penting, dan recent updatenya banyak dipenuhi sekumpulan anak narsis yang hampir setiap menitnya mengantidisplay picturenya atau pun statusnya. Terkadan saya ingin tertawa melihat tingkah mereka, mau sesering apapun mereka ganti DP, dan mau aplikasi apapun mereka mengedit foto mereka, toh tidak akan berarti banyak dalam kehidupan mereka.
Sambil berguling-guling dikasurku tercinta, aku terus mengscroll recent update, akhirnya aku merasa bosan dan beralih ke line. Dengan rasa malas aku mengscroll untuk melihat timeline line ku, dan aku mataku reflex membelalak melihat sebuah postingan ”tak tau harus berbuat apa, seperti terjebak di dalam lakon sandiwara” aku berusaha mencerna maksud postingan itu, dan yang lebih membuatku binggung akun yang memposting itu Ann, ada apa dengan Ann? Apa dia sedang terkena masalah? Aku mengirimkan komentarku pada postingan Ann,
“Ann ada apa denganmu?”
Aku bersiap-siap membantu ibu menyiapkan makan malam sebelum mami pulang. aku meninggalkan ponselku di kamar berharap saat aku kembali sudah ada notif dari Rick, ataupun Ann.
Setibanya kembali aku kekamarku setelah membantu ibu, aku segera  mengecek ponselku dan ternyata tidak ada satupun notif yang berarti. Aku duduk lesu dan tak bergairah, tidak tau ingin berbuat apa. Aku kembali mengambil ponselku aku dengan cepat mencari kontak Rick, setelah layar ponselku siap untuk aku mengetikan sebuah pesan, aku mengetik pesan dengan perasaan gugup “makasih Rick kamu udah mau nemenin Ann ke tempat aku dan teman-temanku berkumpul, terima kasih juga masih mau menyimpan barang-barang permberianku, bahkan snapback itu masih kamu pakai” aku sekali lagi membaca pesan yang aku ketik tadi, dengan perasaan ragu akhirnya akupun mengirim pesan itu. Tidak lama setelah aku mengirimpisan itu kepada Rick dan aku hendak mengambil perlengkapan mengambarku, handphone ku bergetar, pertanda ada sebuah notification. Aku segera kembali dan mengambil ponselku. “iya sama-sama.” Ternyata pesan out dari Rick. Walaupun hanya sebuah pesan singkat aku merasakan kegirangan luar biasa.
Tiba-tiba aku kembali memikirkan keadaan Ann. Aku segera menelpon dia, hening, tidak ada nada. Dan tiba-tiba saja terputus, padahal jaringan di rumahku tidak buruk. Aku kembali mencoba untuk menghubunginya, tapi tetep saja hasilnya nihil.
Aku segera mengambil jaket ku dan kunci mobil, setengah berlari menuju reddy. Aku memacu reddy dengan kecepatan penuh.
***
Aku merasakan ada sedikit keanehan dengan apa yang terjadi akhir-akhir ini. Mulai dari sepupunya Rick yang tiba-tiba datang, Flow yang menjadi semangkin aneh, Dinda yang tidak pernah berhenti mengharapkan pacar rpnya menemuinya. Ini aneh, ada apa ini?
“Dit gua mau curhat sama lo” aku mengirim pesan kepada Dita.
“beeb beeb beeeep…..” tidak perlu menunggu lama ternyata Dita dengan cepat membalas pesanku.
“lo kenapa Mut? Boleh sini”
“gua mau cerita langsung, tapi ini udah malem”
Setelah bernegosiasi akhirnya aku memutuskan untuk kerumah Dita saja dan menginap disana. Demi kebaikan, karena di Jakarta saat ini sedang ramai kasus pembegalan.
Aku segera mengambil helem ku dan juga jaket untuk melindungi diri dari sengatan dinginnya malam. Malam ini cukup ramai di sekitaran komplek perumahan bukit golf, mungkin karena ini malam minggu.
“cih.. dasar anak-anak labil bukanya belajar malah nongkrong” aku berdengus kesal.
Di tengah-tengah jalan aku melihat keramaian, keramaian itu seperti terbagi beberapa kelompok, semangkin aku mendekati kerumunan itu, mematikan lampu depan motorku agar mereka tidak menyadari kehadiran ku. Akhirnya aku menyadari jalan yang aku lewati ini adalah jalan yang biasa digunakan anak-anak beranjak besar alias labil untuk melakukan balap liar. Saat sang wanita cantik seperti memberikan kode perlombaan akan dimulai, aku berniat untuk menantang mereka, aku tidak ikut start dengan mereka, aku mengamati mereka dari jarak sekitar tujuh meter. Saat mereka mulai bergerak disitu aku mulai memacu motorku dan memutar gas sampai penuh,
Sontak kerumunan itu segera menghindar dan berbagai kata kasar mereka lontarkan
“jing lo…”
Tetapi saat aku hampir menyusul mereka sayup terdengar terikan, sorak-sorai yang tidak begitu jelas da nada juga suara tepuk tangan. Aku menghiraukannya dan terus memacu motoku.
Lintasan untuk balapan ini cukup ekstrem, berada didalam komplek yang otomatis banyak tikungan tajam. Lampu jalan banyak yang mati serta jalan yang menanjak layaknya bukit cukup membuatku kesulitan.
Motor ninja hijau di depanku seperti merasakan kehadiran ku, dia melirik ku dari arah kaca spion motornya. Aku hanya tersenyum dalam hati. Dan tidak aku duga rider motor ninja hijau itu memberikan aku symbol fvck melalu tangannya. Adrenaliku terpacu kembali.
“ayo kita lanjutkan..” aku memacu motorku lebih cepat lagi, saat tikungan tajam ke kiri didepan  aku berniat menyalipnya  dari sisi kiri karena di lihat dari cara si rider motor hijau itu mengendarai motornya di sisi kirinya  kemungkinan ada sedikit space untuk ku menyalip. Perlahan tapi pasti motor kami saling berdampingan sekarang, pengendara motor hijau itu menengok kearah ku, membuka kaca helmnya aku pun refleks membuka kaca helm ku juga, aku tersenyum kepadanya dengan smirk evil, dia sudah lengah dalam 10 detik, langsung saja aku menyalip melalui tikungan tajam dan membenarkan posisi dudukku memacu motorku lebih cepat lagi, sekilas aku melihat speedometer ku, terlihat bahwa aku mengendari motor ini dengan kecepatan 120km/pejam. “wow” aku berteriak dalam hati, baru kali ini aku naik motor secepat ini, dan ini di arena balap liar, adrenaliku sangat terpacu saat ini, lumayan untuk menghilangkan beban di kepala pikirku. Di depan ku kira-kira masih ada 2 motor lagi, sudah terlihat rider kedua di depan ku, aku mencoba mengendari motorku secara zigzag dan terlihat di spion mengusahakan agar si rider melihat ku di kaca spionn agar merusak konsentrasinya. aku melihat di depan aka ada tikungan kearah kiri lagi, aku sekarang mengambil jalur kanan sedikit lebih lama, “nah pas” aku berteriak dalam hati, rider itu masuk kedalam umpanku, dia terlalu memperatikan aku sampai-sampai tidak menyadari track selanjutnya. Aku dengan bergegas pindah kejalur kiri dan mendahuluinya, sebelumnya saat berpapasan aku sempat menyapanya “nyari siapa om? Bye bye”
Aku melirik sebentar kearah jam tangan ku, astaga sekarang sudah pukul 10 malam, aku tidak enak dengan orang Dita kalau harus bertamu malam-malam.  Aku memutuskan meninggalkan arena ini dan segera menuju rumah Dita
***
Sesampainya diblok rumah Rick, sekali lagi aku mencoba menghubungi Ann. Tetap saja hasilnya nihil, malahan tidak aktif sekarang ponselnya. Aku memberanikan diri mendekati rumah Rick, saat aku sudah tepat berada di depan pagar rumah Rick pak Toni menghampiriku dengan wajah ramahnya seperti biasa
“selamat malam non flow, mau cari mas Rick ya?”
“eh enggak kok Pak saya mau cari Ann, Ann nya ada pak?” aku menjawab pertanyaan pak Toni seramah mungkin untuk menghindari aku mengeluarkan wajah panic ku.
“oh non Ann, bapak sendiri sih gak liat ya non, tapi coba saja non kedalam, sebentar ya non Flow bapak buka gerbangnya dulu” pak Toni segera meninggal kan aku, membuka pagar rumah Rick dengan hati-hati, lalu mempersilkan aku masuk. Aku melemparkan senyum terbaik ku untuk pak Toni. Dia salah satu manusia yang sangat baik yang pernah aku kenal.
Saat Reddy mulai memasuki halaman rumah Rick, aku melihat sekilas di balkon kamar Rick, Rick sedang berdiri dengan kesendiriannya menatap malam. aku iseng memotret Rick dan mengirimnya ke BBM dia, “boleh aku temenin? (” tidak lupa emot tersenyum itu aku selipkan. Aku merasakan getaran yang luar biasa saat meliat tanda r di BBM yang aku kirim ke dia,
“sini coba kamunya haha” Rick membalas dengan cepat.
“udah kok, coba liat kebawah”
Aku menurunkan kaca mobilku dan saat Rick tepat menghadapku aku tersenyum kearahnya.
“aku gak mimpi kan?”
“coba aja kamu kesini dan buktiin ini mimpi  atau bukan”
Rick tidak membalas pesanku lagi, tetapi aku melihat dia meninggalkan balkon tempat dia berdiri tadi. Mungkin ia ingin menjemputku kemari. Ya Tuhan jantungku sangat berdegup dengan kencangnya, aku  mendadak salah tingkah dan binggung harus berbuat apa saat Rick tiba nanti. Aku mengambil cermin di dalam tas ku, aku berusaha membuat senyuman senyuman indah yang terpantul dari ceriman ini.
“tok tok tok….”  Terdengar jendela mobil ku ada yang mengetuk, oh tidak aku terlambat, aku segera menaruh cermin itu dengan sembarang, mengabil sedikit lipgloss dan parfume. “sial cepat sekali Rick datang” umpatku dalam hati.
“yaampun sayang mau ketemu aku aja sampai dandan segitunya, kamu udah cantik kok”
Aku terdiam sebentar, aku mendengar Rick menggunakan kata sayang, apakah ini hanya halusinasiku saja?
“flow?” Rick mengagetkan ku
“hah? Eh iya iya hehe pede kamu” aku mendadak salah tingkah dan sepertinya wajahku memerah menahan rasa malu ku.
“kamu kenapa bengong? Haha maaf ya itu bercanda kok” Rick melemparkan senyum indahnya dengan tidak berdosa, aku mendengarnya dengan sedikit rasa sedih dan kesal, aku mengeluarkan sedikit air mata di ujung mataku, oh ya Cuma bercanda, aku mencoba menegarkan diriku. Aku tidak menjawab kata-kata Rick, aku hanya melemparkan senyum yang sedikit dipaksakan.
“yuk masuk” Rick segera mengajak ku memasuki rumahnya. Rumahnya selalu terlihat sepi, mungkin mami dan papi Rick sedang di luar kota, atau bahkan di luar negri, berasal dari anak kolongmerat membuat Rick tidak merasakan kesulitan saat harus di tinggal tampa di rumah, bukan  berarti karena Rick mempunyai beberapa asisten rumah tangga dan penjagaan keamanan yang berlapis di rumahnya. Pada dasarnya Rick adalah anak yang mandiri, dia lebih jago masak di bandingkan aku, aku sering sekali masak bersama dengan Rick saat aku berkunjung kerumahnnya, ya tapi itu dulu sebelum hubungan aku dan Rick kandas.
Aku mengikuti Rick dari belakang,berjalan lebih lambat dan sedikit menunduk, melipat tangan ku menahan hawa dinginnya malam. Rick sudah berjalan sangat jauh, bahkan dia tidak menengok ku sama sekali, “apa dia lupa aku alergi terhadap dingin?”
Aku bertanya dalam hati.
Akhirnya aku masuk kerumah Rick dan ruang tamunya cukup hangat sehingga aku tidak terlalu mengigil seperti tadi. Rick mempersilakan aku duduk dan tidak kusangka Rick sudah menyiapkan teh hangat untuk ku.
“maaf ya  tadi aku jalannya buru-buru, karna aku tau kamu alergi dingin, makannya aku ingin lebih cepat sampai dan membuatkan mu teh hangat ini”
“makasih ya Rick” aku menjawabnya dan sedikit tersenyum.
“kamu masih kedinginan? Sini tangan kamu” tampa seijin ku dia mengambil tanganku, mengatupkannya menjadi satu, dengan kedua tangannya, kemudian dia sedikit mengosokan tangannya yang lembut itu ketangan ku dengan sangat hati-hati,
“deg…..” perasaan deg deg kan ini mucul lagi untuk kesekian kalinya. Aku menundukan kepalaku  sehingga rambutku yang panjang ini menutupi wajah merahku. Tanganku seperti ditarik, aku kembali refleks melihat kearah dan ternyata Rick meniupi tangan ku, dan itu membuat telapak tangan ku sedikit lebih baik dan tidak terlalu memmbeku. Rick hanya tersenyum ringan terhadap ku. Tampa kata kami berdua terdiam. Aku segera menarik tangan ku dan mengucap kan terima kasih. , dan kami kembali membisu.
“flow…” terdengar Rick memanggil namaku dengan sangat pelan tetapi cukup jelas terdengar dengan rumah yang sensunyi ini.
“ya Rick?” aku menoleh terhadapnya,  aku dan Rick saling bertatapan, disitu jantungku seperti terhenti, saat aku menatap mata coklat nan indah itu, sudah lebih dari seminggu aku tidak menatap wajahnya dengan sedekat ini, oh tidak aku merasakan Rick lebih memajukan wajahnya sekarang, aku hanya terdiam mematung, jantungku kembali berdenyut dengan sangat cepat sangking cepatnya aku merasakan tubuhku sedikit menghangat. Saat wajah Rick sudah berjarak kurang dari tiga senti dari wajahku, aku refleks memejamkan mataku, aku merasakan bibir Rick mendarat dengan sempurna di bibirku, hangat, yah rasanya hangat. Aku tidak bisa mendeskripsikan secara detail apa yang aku rasakan. Ciuman lembut yang Rick lakukan membuatku sangat nyaman, aku merasakan tangan Rick melingkar di pinggangku, dan akupun mengalungkan tangan ku pada leher Rick. Aku mengelus lehernya dan memegang rahangnya yang kuat itu dengan lembut. Ciuman lembut ini terasa semangkin menjadi. Aku merasakan kerinduan yang luar bisa dengan Rick, Rick mulai memasukan lidahnya, memainkannya dengan sangat sempurna, aku merasa seperti tersengat oleh ribuan kilo volt listrik dan ciuman ini terasa semangkin panas. Aku terhentak sejenak dan membuatku terjatuh diatas sofa, untung saja sofa ini empuk sehingga aku tidak merasakan sakit, Rick terus menciumi ku, perlahan dia pindah menciumi dagu ku, leherku. Aku memejamkan mataku, menikmati tiap sentuhan yang iya berikan. Aku mengelus punggungnya dengan lembut dan sedikit menarik tubuhnya, sehingga tubuh kami tidak memiliki jarak lagi. Aku meerasakan dadanya yang bidang menimpa dadaku, rasanya? Tidak dapat aku gamparkan, yang jelas aku nyaman sekali. Aku terus merasakan setiap kehangatan yang Rick berikan. Aku murahan? Bukan masalah murahan, ini sebuah kebutuhan, ya aku selalu merasa butuh Rick dan aku sangat rindu kepadanya. Aku tidak akan menyianyiakan ini.
Aku tidak tau sudah berapa lama kami melakukan ini, Rick terlihat sudah sangat capek, sekarang posisiku aku yang berada diatas Rick, aku tidur diatas badan Rick menengelamkan wajah ku pada dada bidangnya itu, dan tangan Rick masih memeluku. Kami berdua terlelap diam tampa kata.
***
“Dit gua di depan rumah lo” aku mengirim pesan sambil memacu motorku dengan kecepatan tinggi, padahal jarak aku dan rumahnya masih sekitaran 5km lagi.
“beeb..beeb..” aku yakin pesan ini pasti dari Dita, aku menghiraukannya dan berfokus pada jalanan agar bisa sampai dalam lima menit.
“beeeeb.. beb….” Aku mersakan kembali getaran notification pada ponselku, aku berfikir pasti Dita sudah membukakan gerbang  rumahnya dan mencari ku mengapa aku tidak ada. Tidak lama aku merasakan getaran pada ponselku lebih lama, penanda ada panggilan masuk, aku tetap mengacuhkannya.
“sabar dit gua masih otw” gumamku dalam hati.
Akhirnya aku sampai di depan gerbang Dita, aku memencet bell menunggu sebentar sampai Dita datang.
“bawel banget sih lo nelponin gua mulu, gua lagi di jalan tau. Lo kan tau kebisaan gua kalo bilang udah nyampe brati gua lagi di jalan ngebut” aku langsung mencecar Dita, Dita memasang wajah binggung dan langsung membantah.
“Apaan sih orang gua juga bales pesan lo cuma sekali dah” sambil menunjukan ponselnya kepadaku.
Aku segera mengecek ponselku. Benar saja ada lima pesan belum terbaca yang salah satunya adalah dita dan 4 nomer yang tidak di kenal, dan 9 panggilan tidak terjawab dari nomer yang tidak di kenal. Aku segera membuka pesan itu satu persatu sambil melangkahkan kaki masuk kedalam rumah Dita.
“are you get mad to me?”
“hey I gonna meet up with you”
“mu?? Why you not rep my calling or message?”
“miss you mu”
“Ahh ternyata manusia itu lagi” gumam ku perlahan.
“siapa mut? Ada apa?” Dita menoleh kepadaku sambil memberiku minum.
“nanti gua ceritain ya” kata ku sambil segera memasukan ponselku. Segera aku menenguk air yang di berikan dita, aku merasakan sedikit kelelahan, sepertinya karena balapan tadi, hey aku baru teringat siapa yang memenangkan balapan tadi, haha kapan-kapan aku harus mencobanya lagi, lumayan juga untuk hiburan haha, aku tertawa dalam hati.
“cerita di kamar gua aja yok, takut berisik bude sama pakde tar bangun”
“oh iya iya” aku mengikuti Dita dari belakan sambil membawa gelas yang tadi aku pakai untuk minum.

Real or Real #6

“guyssssss couple gua ngajakin ketemuan nih” tiba-tiba Dinda menjerit, memecahkan keheningan kita setelah berpusing ria dengan TO yang menyusahkan.
“hah pacar imajinasi lo itu?” saut Dita dengan tidak kalah kencangnya.
“dia bukan imajinasi please, dia orang nyata tapi bedanya gua gak bener-bener pacaran sama dia.” Jawab Dinda sambil cemberut.
“terus kenapa lo seneng banget gitu kalo pacarannya bukan beneran?” aku pun terheran dengan tingkah Dinda yang seperti terkena angin segar, aku sedikit memajukan badanku untuk meminta penjelasan lebih dari Dinda.
“ya kan ini emang role player, tapi gak semuanya faker, perasaan bisa beneran loh, apalagi kalo kita udah nyaman banget sama dia” jawab Dinda.
“tunggu bentar, lo tau gk dia siapa? Minimal foto aslinya dia, jangan macem-macem tar lo di culik. Kan banyak berita penculikan dari media social” muti menimpali jawaban Dinda
“ya belum tau sih” jawab Dinda sambil mengaruk kepalanya yang sebenarnya tidak terasa gatal.
“terus kenapa lo seneng gitu? Jangan bilang lo punya real Feeling sama dia?” Muti kembali mengintrogasi Dinda. Kita pun reflex memajukan badan kita menghimpin Dinda dan memasan wajah penuh dengan penasaran menanti jawaban apa yang akan keluar dari Dinda.
“di bilang real feeling gak juga sih, tapi ya dia bisa bikin gua nyaman. Kalian liat kan gua kalo udah chat sama dia serasa gadget addict yang gak bisa lepas dari gadget” jawab Dinda sambil menciutkan mukanya, dia terlihat takut akan dimarahi oleh kami.
“gila lo. Apa yang bisa bikin nyaman????” jawab muti hampir membentak Dinda.
“mut… mut clam down” aku memegang muti dan mengelus punggungnya dan agar emosinya tidak tersulut.
“apa kurangnya kita mut? Kenapa dia bisa bikin lo kaya gini?” Dita melontarkan pertanyaan, seolah tidak percaya posisinya dia sebagai sahabat nyata bisa terkalahkan oleh orang yang tidak jelas keberadaan dan wujudnya.
Kami semua terdiam, rasanya tidak adil jika kami terus menghujani Dinda dengan bermacam-macam pertanyaan seperti itu. Jujur akupun tidak mengerti mengapa ada orang yang sangat terobsesi dengan dunia maya.
Tidak lama kemudian handphone ku bergetar “beebbb… beeeb..beb” aku segera meliat notifikasinya, ternyata Ann mengirim BBM kepadaku ”ka Flow dimana? Sibuk tak?”
“ada apa Ann? Enggak sih, sekarang lagi kumpul di sevel depan sekolah ku sama temen-temen. Sini join”
“eh nanti aku ganggu kalian”
“sudah tidak apa-apa kamu kan sahabat aku juga, biar semua sahabatku bisa saling kenal :)” aku tidak lupa memberikan emot senyum kepadanya.
“oke deh ka :)”
Akhirnya Ann mau kesini, aku juga berharap semoga Rick yang mengantarkan Ann nanti, aku rindu manusia tampan itu.
“Guys nanti Ann kesini” aku memecahkan keheningan yang sejak tadi teman-temanku hanya terdiam.
“ooh” muti hanya ber oh saja. Aku tidak mengerti apa salah Ann kepadanya, Muti seperti sedikit tidak menyukai Ann. Padahal setahu ku mereka tidak pernah bertemu dengan Ann sebelumnya.
“Ann itu siapa Flow?” Dita meresponku lebih baik dibanding Muti, dan Dinda masih sama terdiam dengan Gadgetnya. Entah apa yang Dinda lakukan, mungkin curhat dengan pacar ilusinya hmn..
“itu loh yang dating waktu dinner gua sama Rick”
“oh iya tau-tau” ”bay the way ngapain dia kesini?”
“mau main aja, ya itung-itung kenalan sama kalian juga kan? Hehehe kalian gak keberatan kan Ann join disini?”
“ya enggaklah” jawab Dita.
“gua sih keberatan” tiba-tiba Muti berbicara.
Aku setengah tidak percaya dengan jawaban Muti, kenapa dia seperti itu. Sepertinya dia sangat membeci Ann.
***
Aku tidak mengerti, mengapa Dinda begitu terobsesi dengan pacar kahayalannya itu. Maksudku itu hanya media sosial setidaknya Dinda tidak benar-benar tau siapa orang yang disana dan bagaimana kehidupannya dan yang lebih menyedihkan hatiku seperti teriris-iris adalah saat aku mengetahui Flow menjadi sangat dekat dengan Ann padahal dia hanya dua kali mereka bertemu. Aku bergumul dengan hatiku, kenapa anak itu harus datang kesini, bergabung dengan teman-temanku. Ingin rasanya aku pergi dari tempat ini sebelum Ann datang.
“Beebb… beeeb..” handphone ku bergetar, aku melihat sebuat pesan dari seseorang yang selalu mengganggu sebulan ini. Dia adalah mantan ku ketika aku kelas 11. Aku berpacaran cukup lama dengannya sekitar setengah tahun lebih. Tetapi kami berpacaran hanya sebatas di media social. Bedanya dengan Dinda aku tidak menggunakan akun RP untuk mendapatkan pacar, aku memakai akun pribadiku, ketika itu ada yang menambahkan aku kedalam list pertemanannya, aku mengadd dia balik,setelah itu kita sering chat, sampai akhirnya aku merasa nyaman dengannya dan ketika dia meminta nomorku, aku langsung memberikannya tampa pikir panjang. Kita tidak hanya chat biasa, disitu kita mulai menggunakan kata sayang atau cinta dan banyak lagi kata-kata manis layaknya sesepasang manusia yang sedang di mabuk asmara. Awalnya hanya bercanda tetapi semangkin lama aku semangkin merasakan butuh akan dia, aku mulai sering mengecek notification semua gadget ku, menunggu sebuah chat dari manusia itu. Sampai akhirnya aku memberanikan diri untuk meyakinkan perasaanku padanya walaupun aku tidak pernah bertemu langsung dengannya. Dan aku terkejut saat dia juga mengakui memiliki perasaan yang sama dengan ku. Dan seperti dugaan kalian, aku jadian dengannya menjadi seseorang yang dilanda mabuk asmara. Aku seperti mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dengan hadirnya dia di kehidupannku, apapun kegiatan yang aku lakukan, bagaimana perasaan aku hari itu dan segala sesuatu yang terjadi selalu aku ceritakan padanya, dan sebaliknya diapun begitu, tidak akan pernah habis topik ketika aku chat dengannya. Tapi itu semua tidak berlangsung lama, setelah berjalan 4 bulan aku dan dia mulai jarang komunikasi, dia beralasan sibuk dengan ujian akhir dan mencoba fokus terlebih dahulu, tepat di bulan kelima aku dan dia sudah hampir lostcontact dengannya, tetapi aku masih menunggu dia hingga sebulan lebih aku menunggu dia, dia tetap tidak ada kabar dan aku memutuskan untuk berhenti menunggu dia dan meganggap ini sudah selesai.
“hey I’m in Indonesia now, just for you, yeah I hope we’ll become together again”
Aku membaca pesan itu, setengah tidak percaya dengan pernyataannya, sekarang mengapa di saat aku benar-benar ingin melupakannya dia kembali hadir secara tiba-tiba setelah sudah berbulan-bulan dia meninggalakan aku. Rasa kesal, dan amarah bercampur jadi satu, ingin sekali aku memaki dia berteriak di depan wajahnya, tetapi ada rasa rindu juga aku padanya ingin memeluknya secara nyata.
Aku tidak segera membalas pesannya, aku tidak mau memberikan kesan kalau aku memberikan dia space lagi didalam hidupku. Aku segera memasukan ponselku dan kembali mengikuti pembicaraan dengan mereka.
***
          “Ka flow aku di sudah di depan sevel coba kaka keluar deh, oh iya aku diantar sama ka Rick nih hihi”
Ada perasaan senang saat aku membaca pesan dari Ann entah senang karena dia telah tiba disini atau mungkin karena aku akan melihat Rick lagi? Entah lah yang penting aku senang akan kehadiran mereka berdua.
Mataku segera mencari-cari dimana Ann dan Rick pastinya, kebetulan kita duduk di sisi yang menghadap jalan langsung, dan dengan cepat aku menemukan mobil jaguar silver terhenti di parkiran yang tidak terlalu ramai, mobil itu terlihat mencolok di parkiran seven eleven karena rata-rata yang terpakir disana adalah sepeda motor. Dan aku yakin pemilik jaguar silver itu Rick.
Aku melihat Rick keluar dari mobilnya, sangat tampan dengan penampilan yang sempurna seperti biasanya walaupun ia hanya menggenakan sweater roll neck berwarna biru dongker dan jeans, dan memadukannya dengan sneaker. Rick juga mengenakan snapback entah bertuliskan apa, tapi yang jelas Rick sangat keren. Aku belum melihat Ann, sepertinya dia masih di dalam mobil takut tersengat panasnya matahari Jakarta dan polusinya hahaha.
“guys gua kedepan dulu ya bentar mau jemput dia, dia udah dateng nih” aku segera berdiri dan hendak meninggalkan mereka.
“halah mau jemput Ann atau mau ngeliat mantan terindah? Hahaha” Dinda meledekku dan sontak teman-teman ku yang lain tertawa melihat tingkah ku yang salah tingkah dan pipiku yang memerah karena malu. Aku berusaha untuk tidak mengubris mereka dan segera menuju Ann, atau lebih tepatnya Rick hehehe.
“tuh tuh yang magamon mah begitu tuh hahaha” aku masih sempat mendengar celotehan muti walaupun aku sudah pergi menuju Ann.
Ketika aku sudah di area depan sevel Ann keluar dari mobil Rick dan segera menghampiriku, gadis ini berpakain lebih casual sekarang, dengan baju rajut panjang berwarna merah muda dan rok mini berwarna sama dan flat shoes berwarna senada namun sedikit lebih kearah pastel lembut. Benar-benar seperti babrie gadis ini dengan rambut sebahu digerai dan poni selamat datang yang lucu. Ketika mereka semangkin dekat denganku, tiba-tiba saja jantungku berdetak dengan sangat cepat dan rasanya aku pun sedikit salah tingkah.
Aku sedikit terhentak saat meliat snapback yang digunakan Rick, iitu snapback pemberianku bertulisakan namaku “flow” aku memberikan itu saat anniversary setahun dengannya dan aku sengaja memesan snapback bertulisakan namaku, dan sekarang aku melihat Rick mengenakan itu, rasanya senang sekali tidak bisa aku gambarkan dengan kata-kata, aku pikir semua barang pemberian ku akan Rick museumkan.
“Hai ka flow, aku ajak ka Rick ya, kebetulan di rumah tidak ada supir jadi sekalian aja aku ajak ka Rick hehe lumayan juga Ka Rick bisa Ann andalkan buat jadi supir hehehe” Ann terus berceloteh aku tidak mengubrisnya, mataku terus tertuju kepada Rick. Aku seperti anak norak yang tidak pernah melihat laki-laki tampan sebelumnya. Aku masih terhanyut memandangi Rick, andai dia masih menjadi pacarku, dan semoga dengan Rick memakai snapback itu menjadi kode kalau dia ingin kembali kepadaku, semoga.
“flow lo kenapa?” tiba-tiba Rick mengangetkan lamunanku, dia memberikan gerakan tangan di depan wajahku, sontak akupun menjadi malu karena tertangkap basah sedang memperhatikannya.
“eh eh enggak, aku Cuma kaget aja ngeliat kamu pake snapback tulisan nama aku ehehe” kataku sambil mengaruk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal.
“oh ini haha ini tadi pagi Ann masuk kamar gua minta di temenin kesini terus dia liat snapback ini, terus dia nyuruh gua pake ini deh sekarang, sorry ya kalo lo gak suka” Rick langsung melepaskan snapbacknya dan hendak menuju mobil. Aku relflek memegang tangannya menahannya untuk tidak pergi.
“jangan pergi, tetap disini, temani aku, aku mohon, dan pakai lagi snapback itu” entah bagaimana caranya aku bisa sedemikian reflex berbicara seperti itu kepada Rick. Dia Nampak binggung dengan ucapanku, kemudian dia tersenyum walaupun hanya sekilas tapi aku melihatnya dengan jelas melaluli garis-garis wajahnya.
Aku melupakan suatu hal, yaitu Ann, mungkin dia binggung apa yang terjadi antara aku dan Rick, tetapi aku tidak terlalu mempedulikannya sekarang.
“cie elah pada magamon gitu haha” Dita meledek ku saat kami bertiga datang, mungkin dia melihat tulisan di snapback Rick, walaupun sekarang dia menggunakannya terbalik.
***
Aku hanya memandang dari kejauhan, aku senang flow masih memiliki rasa sayang kepada Rick, dan aku pun berharap Rick juga memiliki perasaan yang sama ke flow, semoga saja itu pertanda jika Rick ingin kembali kepada flow. Entah kenapa di balik senyuman ku melihat Flow dan Rick didalam dada ini terasa sedikit sesak, padahal aku sudah melihat kedekatan Flow dan Rick lebih dari setahun saat mereka berpacaran, tapi sekarang rasanya berbeda. Seperti ada rasa ketakutan di dalam diriku jika Flow kembali kepada Rick. Mungkin hanya perasaan seorang sahabat yang takut akan teman baiknya di sakiti lagi oleh seorang cowok.
Mereka semangkin mendekat menuju kami, aku melihat sekilas kearah gadis yang selama ini dekat dengan Flow, dia Ann. Walaupun aku hanya melihatnya sekali dan itu pun juga dari jarak jauh ketika menemani Flow menuju café, rasanya aku tidak iklas jika dia juga berdekatan dengan flow, aku terlalu takut jika flow mendapatkan teman baru, dia akan melupakan aku. Eh tapi hey kenapa muka anak itu sedikit muram? Apa dia takut tidak di terima dengan kami? Ah tidak peduli juga.
Setelah mereka datang dan duduk, aku memperhatikan Ann sedikit anak itu sepertinya mirip dengan Dinda yang seorang gadget maniak. Karena dia tidak pernah melepaskan Gadgetnya, dia selalu beralih dari ponselnya yang merupakan Iphone 6 keluaran terbaru, dan menuju tabnya yang aku tidak terlalu melihat jenis apa itu. Aku terus memperhatikan antara Ann dan Dinda, apa sebuah kebetulan mereka seperti membuat pola terstruktur, disaat Dinda mengalihkan pandagannya, berbincang dengan kita Ann seperti membalas chat atau apalah itu kepada seseorang yang tidak di ketahui, dan setelah Ann menurunkan Gadgetnya tidak lama kemudian ponsel Dinda berbunyi notifikasi. Dan begitu terus sebaliknya selalu berulang.

Real or Real #5

Aku memikirkan kata-kata Dinda tentang bermain RP, bagaimana bisa dia nyaman dengan sesuatu yang tidak nyata? Padahal di sekitar kita ada banyak sekali manusia yang bisa kita sayangi, kenapa harus dari dunia maya yang kita sendiri tidak tau gimana tampangnya, ya walaupun penampilan bukan segalanya, tapi hey ini tahun 2015, pasti mereka akan menilai mu dari penampilan terlebih dahulu, meskipun itu terkadang menipu. Dunia mangkin aneh saja hahaha
Aku terus bergelut dengan pemikiranku sendiri. Aah dari pada aku bingung sendiri aku mencoba mencari tahu sendiri tentang RP itu. Aku mengetikan “RP” di kolom search twitter dan wow ada banyak sekali akun-akun artis yang fake, aku menjadi tertarik untuk mengestalk salah satu aku RP yang aku temukan saat aku mengetikan keyword ”RP” dan yang aku temukan, salah satu akun artis Thailand bernama zee, aku tertarik untuk mengestalk akun itu karena zee salah satu idolaku, dia terlihat sangat keren dan sangat tampan walaupun sebenarnya dia perempuan. Jujur aku ingin sekali seperti zee bebas mengekspresikan diriku dengan memotong rambutku dan memakai apa yang aku sukai, sebenarnya aku juga memiliki jiwa tomboy seperti zee tapi apa daya aku terlahir dari keluarga yang sangat menjunjung perbedaan antara laki-laki dan pernempuan. Orang tuaku selalu memaksa aku memanjangkan rambutku dan mengenakan rok.Aku iri dengan kedua kakak laki-laki ku yang bisa bebas.Pernah sekali kedua kakak ku berniat untuk pergi hikingdan aku ingin ikut dengan mereka, kemudian saat aku meminta ijin kepada orang tuaku aku dimarahi habis-habisan oleh mereka, hahaha nasib anak perempuan.
Oke kembali ke akun zee yang aku stalk, rasanya aku sedikit tertawa melihat akun Thailand tetapi mengunakan bahasa Indonesia, malah bahasa pergaulan yang sebenarnya cukup absurd. Tidak bisa aku banyangkan jika zee yang sebenarnya akan menggunakan bahasa seperti itu haha its so impossible.
Setelah aku stalk akun itu bisa aku pastikan jika yang punya akun tersebut tidak mempunyai kehidupan nyata yang baik karena hampir setiap menitnya dia ngetweet , aku pikir akun itu juga tidak memiliki couple karena hampir semua tweetnya mengoda wanita, haha lucu juga ada manusia yang mengorbankan kehidupan real nya hanya untuk sebual role player.
Akhirnya aku menutup pencarianku, jujur saja aku tidak mengerti apa asiknya bermain role player. Dan sekarang aku tiba-tiba memikirkan nasib Flow, ah sedang apa dia? Bagaimana keadaannya?Apa iya baik-baik saja setelah bertemu dengan Rick? Dan yang menjadi pertanyaan besarku mengapa aku terlalu memikirkan Flow? Ada apa ini?
***
Kita masih bermain ice skating, walaupun sebenarnya tidak bermain, kita hanya berdiri di pinggiran sambil perpegangann pada besi yang di pasang di sekeliling area, Ann yang sering terjatuh terlihat mulai lelah, dan aku rasa dia mulai kedinginan, aku memaklumi singapura juga Negara tropis pasti Ann tidak terbiasa dengan suhu sangat dingin seperti ini, di tambah lagi iya hanya mengenakan pakaian tampa lengan dan rok pendek, aku berinisiatif melepas jaketku dan mengekannya kepada Ann.
“Loh ka kok di copot jaketnya?” Ann menatapku dengan wajah binggung ketika aku berdiri di belakangya hendak memakaikan jaketku kepadanya, wajah kami saling bertatapan dan sempat beberapa detik eyes contact, “deegg…..” tiba-tiba jantungku seperti terasa terhenti, aku tidak tau apa yang terjadi tapi rasanya sangat sulit sekali aku gambarkan. Aku segera membenahi fokusku dan memakaikan jaket itu di tubuh Ann.
”ka?…..ka Flow?”
“iya biar kamu gak kedinginan, kasian itu bibir kamu udah membiru gitu, lagian kamu sih pakai baju kurang bahan gitu hahaha”
“enak aja kurang bahan” jawab Ann sambil mengerutu. “kan aku pikir Jakarta itu panas ka makannya aku memakai baju ini lagi pula aku tidak tau kalau kaka akan mengajak ku ke tempat sedingin ini huuuuhhh” Ann menlanjutkan pembicaraannya sambil menyoraki aku.
Aku hanya bisa tertawa melihat tingkah Ann yang mengemaskan itu hahaha.
“eh tapi kok kaka bisa tau bibir aku berubah warna menjadi biru? Waaahh kaka diam-diam perhatiin wajah aku ya? Duh Ann jadi malu” Ann kembali berceloteh sambil mencolek pinggulku.
“hah apaan? Enggak kok, tadi kan kamu yang liatin muka aku makannya keliatan bibir kamu biru,” jawab ku mengaruk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal, aku menjadi salah tingkat akibat ketahuan menatap dia. Duh bodohnya diriku. “duuuhh kamu main asal tebak haha. Hati-hati kelamaan natap aku bisa jadi suka loh” aku berusaha membercandainya supaya iya lupa masalah yang tadi.
“aahhh enak aja enggak lah huuuhhh pede kamu ka” Ann menjawab pertanyaan ku sambil menjulurkan lidahnya. Oh Tuhan betapa imutnya anak ini.
Setelah puas dengan kebodohan yang kita lakukan di tempat ice skating aku mulai terasa lapar, aku melirik jam tanganku dan pantas saja sekarang sudah pukul 5 sore, tidak terasa waktu begitu cepat berjalan.
“Ann udah sore nih cari makan yuk sebelum pulang, aku takut kalau kita pulang kemalaman nantinya akan kejebak macet”
“yaudah ayuk ka, kita makan dimana?”
“liat aja dimana kaki ini bakal berhenti hahahah”
“huh dasar kaka aneh”
Kita berdua keluar dari arena ice skating dan mengembalikan peralatan yang tadi kita sewa dan bergegas mengenakan alas kaki kami masing masing.Entah bagaimana secara tiba-tiba aku mengandeng tangan Ann dan segera mengajaknya berjalan.
Saat perjalanan aku memperhatikan sepertinya Ann tidak masalah tangannya aku gandeng, aku mencoba melepasnya karena takut sebenarnya Ann tidak nyaman dengan tangannya yang aku pegang, tetapi di luar dugaan ku Ann malah mengenggam tanganku lebih kuat dari sebelumnya. Ann tiba-tiba menatap aku dan berbicaraa kepadaku “loh kenapa mau di lepasin ka? Disini ramai sekali, pegangin aku, aku takut lepas dari kaka dan akhirnya tengelam dalam keramaian ini dan menjadi hilang”
Haha aku pikir dia nyaman karena gengaman tanganku hanya karena takut hilang, tetapi wajar saja sekarang weekend dan mall taman anggrek terasa sangat ramai, dan jika di lihat dari postur tubuh Ann yang kecil pasti dia akan sangat mudah hilang jika tidakaku gandeng.
Sesampainya di tempat makan aku segera memesan makanan, dan Ann pun juga demikian.
Di sela-sela makan kami tiba-tiba Ann bertanya kepadaku.”hmnn ka bukannya kakak kelas 12 ya? Udah mau UN kan? Dan kata ka Rick besok ada TO, kok kakak malah main sama aku?”
“haha ini? Aku Cuma mau nepatin janji aku sama Rick semalam, kan dia meminta aku untuk temani kamu main di Jakarta.” Jawabku sambil mengaduk ice cream yang menjadi float minumanku.
“hanya itu? Berarti kaka terpaksa dong?”Ann menanggapi jawabanku dengan wajah bersalah dan sedikit sedih.
“eh enggak kok, aku Cuma bosen aja di suruh belajar terus, lagi pula kan TO gak ngaruh apa-apa sama sama nilai UN nanti” jawabku sambil berusaha memperbaiki suasana.
“hmnn………” jawab Ann dengan lesu.
“Ayolah kamu jangan bete gitu, kamu gak suka ya jalan sama aku?”
“eh bukannya gitu ka, aku cuma gak enak aja sama kaka, harusnya bisa fokus belajar, tapi gara-gara ada aku jadi mesti main temenin aku.”
“udah tenang aja, kamu kan temen aku jadi ya aku mesti ada disaat kamu butuh”
“heh memangnya kita temenan?” jawab Ann dan tiba-tiba mengangkat wajahnya menatap ku.
“tentu saja” jawabku singkat tapi sambil mengembangkan senyum.
“hahaha aku gak mau ah” jawab Ann sambil tertawa
“kalo begitu kamu sahabat ku. Deal” kataku lagi sambil memaksa menjabat tangannya.
“hahaha dasar curang itu pemaksaan namanya ka Flow” jawab Ann
***
Sesampainya aku dirumah Rick untuk mengantar Ann pulang, Ann segera turun dari mobilku.Kemudian dia kearah kaca mobilku dan mengetuknya.
“makasih ya ka hehe jangan kapok main sama aku” aku hanya menjawab Ann dengan tersenyum. Ann kemudian berjalan meninggalkan aku dan reddy, masuk kedalam gerbang tinggi itu.Aku menatapnya hinga iya lenyap di balik gerbang itu.Hari yang indah pikirku.
Aku memutar balik reddy sambil melirik kearah jam digital yang ada di dashboard mobilku ”mati gua……” aku menepuk keningku saat menyadari sekarang sudah pukul sembilan malan dan segera aku segera bergegas untuk pulang, karena ini terlalu larut malam untuk seorang anak perempuan berusia 16 tahun yang besok akan menghadapi TO, hahaha aku tertawa sendiri memikirkan alasan apa yang harus aku bilang ke mami nanti.
Tidak sampai satu jam akhirnya aku sampai di rumahku dan beruntungnya diriku mamiku sedang tidak berada dirumah jadi aku tidak perlu berbohong dan tidak menambah dosaku hahaha.
***
Flow terlihat asik dengan gadgetnya, apa dia juga seperti Dinda yang maniak twitter? Jangan-jangan dia main RP juga? Ah apa iya? Tidak mungkin Flow seperti itu, aku paham sekali anak itu tidak terlalu menyukai social media, lalu sedang apa dia? Apa jangan-jangan? Ah jangan berfikir seperti itu Mut, aku semangkin kacau dengan pikiranku, aku memilih tidak jadi masuk kelas dan duduk di taman untuk menenangkan pikiran anehku sambil menunggu bel berbunyi.
“woy jomblo, ngenes banget lo sendirian” tiba-tiba Dita dan Dinda mengagetkan ku dengan menepuk punggungku, aku sontak kaget dengan perlakuan mereka.
“sialan lu, hahaha gua jomblo juga elegan woy” jawabku sambil menaboki mereka balik.
“haha sakit Mut sakit, tenaga kuli amat si lo mukulinnya, dasar kuli” kata Dita sambil berusaha memegangi tanganku.
“by the way kok lo sendirian? Flow mana? Belum dating dia?” saut Dinda.
“kaga tau gua, gua langsung kesini tadi, refresh otak haha, butek gua belajar semaleman, kali ae gegara gua liat yang ijo-ijo pas ngerjain soal nanti langsung lancar haha” jawabku berbohong.
Tidak lama sesudah itu bel sekolah pun berbunyi, aku dan kedua sahabatku itu segera memasuki ruang ujian, tempat dudukku diagonal terhadap flow sedangkan Dinda tepat satu meja di belakangku, tapi sayang Dita berbeda ruangan dengan kita.
Hari ini kita akan TO bahasa Indonesia, yang selalu aku binggungkan dari aku SD sampai SMA bahasa Indonesia hanya belajar itu-itu saja, paragraph, kalimat baku, gagasan pokok, dan lain-lain, tapi kenapa bahasa Indonesia salah satu mata pelajaran yang sepertinya mustahil untuk mendapatkan nilai 10. Dan setahu ku di Indonesia sendiri nilai sempurna yang sering di dapatkan seperti matematika dan bahasa Inggris. Ini cukup aneh menurutku, padahal bahasa Indonesia adalah bahasa pergaulan kita sehari-hari. Entahlah itu mungkin rahasia Illahi.
“jangan pelit lu ya” tiba-tiba Flow memulai pembicaraan.
“hmn” jawabku malas sambil mengeluarkan peralatan ujianku. Kemudian aku berdiri bersiap meninggalkannya untuk menaruh tas ke luar.
“mut sekalian dong” Dinda tiba-tiba melempar tasnya kepadaku, haha metal juga ini orang, untung tasnya kosong karena ia hanya membawa perlengkapan ujian jadi aku tidak terlalu kagok untuk menangkap tasnya.
“mut gua juga dong” Flow memanggilku juga, tetapi aku tidak menoleh sedikitpun kepadanya, aku langsung meninggalkannya keluar

Role or Real #4

Pagi yang indah, sang surya menampakan keindahannya dengan angkuh, sinarnya menyelinap melalu ventilasi udara dan sela antara gorden ku. Aku terbangun karena cahaya sang surya itu, aku segera mengucap sukur kepada sang pencipta langit dan bumi karena masih memperbolehkan aku menikmati berkah yang tiada habisnya. Aku membuka jendela kamarku untuk mengisi kamar ini dengan oksigen yang segar. Setelahnya aku bergegas untuk mandi dan membantu ibu untuk membuat sarapan, sambil mengisi waktu kosongku yang tidak tau harus aku isi apa.
Hari ini setidaknya aku cukup beruntung karena mami dan adik ku Titus berada dirumah dan bisa menyantap sarapan bersama denganku. Jarang sekali beliau memiliki waktu sengang dan bisa berkumpul, walaupun papi masih dinas di Surabaya, setidaknya aku senang dengan dengan berkat Tuhan yang indah ini.
“gimana kamu sama Rick” tiba-tiba mami membahas Rick, aku sempat tersedak mendengarnya.
“eh huk uhuk…. Ak aku sama Rick udah putus mam, sudah semingguan” jawabku lesu.
“loh kalian bukannya udah hampir 2tahun kok tiba-tiba putus? Kalian ada masalah sebelumnya?”
“tidak kok mam mungkin dia sudah menemukan titik jenuh sama aku mam”
“ya tapi tidak begitu caranya sayang, mami tau kamu masih sayang sekali sama Rick.”
Ini yang membuatku bangga terhadap mami ku, walaupun dia sibuk dengan kegiatannya sebagai business woman tapi dia tetap peduli dengan ku dengan keluarga.Dia selalu berusaha menjadi mami yang baik untuk aku dan Titus dan istri yang baik untuk papi.Perhatiannya selalu mengalir untuk keluarga.
“hmn sudahlah mam aku gak papa kok” aku berusaha memasang wajah tersenyum untu mami ku.
Setelah kami selesai sarapan aku segera memberskannya membantu ibu, walaupun sebenarnya ibu bisa melakukannya sendiri tapi mami ku selalu mendidikku untuk menjadi anak yang mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Dan prinsip itu selalu aku pegang, ya hidup mandiri.Sekarang aku telah putus dengan Rick jadi aku mesti tetap mandiri tidak mesti melulu bergantung dengan Rick.
***
Aku hanya berguling-guling dikasur tercintaku. Aku seperti kucing malas yang hanya mengeliat karena tidak tau akan mengerjakan apa. Tiba-tiba aku teringat akan sepupu Rick yang bernama Ann, bukankah dia datang ke Jakarta untuk berlibur? Ah bagai mana jika aku mengajak dia untuk bermain sebentar, dari pada aku bosan di rumah. Dengan sigap aku mengambil ponselku segera mengirim pesan kepadanya.Tidak menunggu waktu lama untuk pesanku di balas olehnya, dan Ann menyetujui untuk berjalan dengan ku.
Aku segera menganti pakaian ku dan merapikan diriku, aku memilih berpernampilan messysporty dengan celana jeans belel robek disana sini, kaos oblong dengan base ball jacket yang tidak aku resleting, snapback, dan sepatu vans. Entah apa yang membuat aku termotivasi untuk berpenampilan seperti ini, tapi menurutku ini cukup keren.
Aku segera menuju garasi mobilku menghapiri reddy yang terlihat sangat anggun setelah masuk salon untuk perawatan bodynya.Aku mengecek semua persiapan mobilku dan memanasi reddy supaya nanti ketika jalan aku tidak terjadi hal yang tidak mengenakan.
“komplek puri sri wedari, oh oke cukup lah 30 menit kalo gak macet” aku mengecek jam tanganku, sekarang tepat pukul 10.20, aku segera mengirim pesan kepada Ann kalau aku akan tiba sekitar pukul 11.00.
“Annn jam 11an aku sampai”
“oke ka flow :)”
Entah kenapa walaupun hanya emot icon tersenyum rasanya indah sekali seperti melihat Ann tersenyum secara nyata.Ya gadis itu sangat cantik dengan senyumannya.
Aku menyalip beberapa mobil di hadapanku, aku memacu reddy dengan lumayancepat.
“beep…. Beep..bep..” ponselku tiba-tiba bergetar, aku segera mengecek ponsel ku siapa tau itu urgent. ”flow kamu dimana? Main yuk, gua ada voucer timezone nih” ternyata itu pesan dari Muti, aku sangat suka sekali bermain di timezone apa lagi bermain dance dance revolution, itu kesukaan aku sejak aku mulai mengenal timezone sekitar usiaku 10tahun. Aku ingin sekali ikut dengan Muti, tapi janjiku dengan
Ann tidak mungkin aku batalkan begitu saja.
“sorry mut gua ada acara nih, lo jangan ke timezone sekarang, tar gua iri hahaha” aku mencoba membalas pesan Muti dengan ramah
“emg lo ada acara apaan?”
“ini hmn lo tau cewe yang kemaren dating pas acara dinner gua sama Rick kan? Nah itu sepupunya Rick,namanya Ann Rick titip sama gua buat ajak sepupunya main keliling jkt selama liburan”
“kenapa lo gak ajak kita?”
“bukannya gak ngajak tapi gua pikir kalian lagi sibuk buat siapin TO besok”
“ah yasudahlah ngefun yo”
Sepertinya Muti marah kepadaku, dari cara pengiriman pesannya yang tidak seperti biasanya, tapi kan itu bukan salahku, aku hanya tidak mau menganggu mereka, ah sudahlah paling besok mereka baik lagi. Aku mencoba berpikir positif, dan aku kembali befokus memapu reddy supaya segera sampai ke rumah Rick. Sebenarnya selain ingin mengajak Ann bermain ada maksud tersembunyi yang aku pikirkan, aku berharap dengan aku menjemput Ann nantinya akan bertemu dengan Rick, dan semoga Rick bisa kembali suka kepadaku dan mengajak aku balikan, hmn semoga saja
***
Tak kusangka Flow bisa melupakan aku, aku yang selalu ada disaat dia butuh, tetapi dia sama sekali tidak mengingatku. Aku tidak abis pikir bagaimana bisa Flow tiba-tiba bisa dekat dengan adik sepupunya Rick, siapa itu namanya Ann?Ani? Anna? Entahlah, aku tidak menyukai perempuan itu.Aku mengengam voucer timezone itu kuat-kuat dan merobeknya hingga menjadi bagian yang sangat kecil.
Aku mengambil sebatang rokok dari saku celanaku, menghisap lintingan tembakau itu untuk menghilangkan stress yang aku rasakan.
Aku tidak bisa menghentikan kekacauan yang ada di dalam otakku. Aku hanya takut Ann akan sama jahatnya dengan Rick. Dan jika Flow menjemput Ann di rumah Rick aku takut Flow akan semangkin sedih karena bertemu dengan mantan yang masih dia sayang itu, biar bagaimanapun juga aku sahabatnya harus bisa membuat Flow menghentikan meratapi nasibnya yang sudah tidak bersama Rick lagi. Aku segera mengambil ponselku dan menghubungi dua sahabatku.
“kalian sibuk gak?”
“enggak kok, Cuma baca-baca dikit buat siapin TO besok”
“udahlah TO gak akan ngaruh ke nilai UN atau raport kok, jalan yok gua suntuk”
“mau kemana mut?”
“gak tau jalan aja, kalian kerumah gua ya”
“yaudah deh iya iya”
akhirnya mereka mau untuk aku ajak pergi, sebenarnya sih tidak pergi juga, aku hanya akan mengajak mereka ke café di dekat rumah ku dan mengajak mereka untuk menyusun strategi bagaimana cara agar Flow berhenti mengharapkan Rick lagi danFlow bisa kembali ceria seperti dulu.
Tidak lama menunggu kedatangan mereka karena kebetulan rumah kami yang saling berdekatan dan satu komplek juga, aku segera mengajak mereka ke cafe yang menjadi tujuanku.Sesampainya kami dicafe itu kami sepakat untuk memesan ice cream dengan porsi besar agar bisa memakannya secara berbarengan, selain itu supaya kami lebih menghemat pengeluaran.
Aku segera mengutarakan maksud aku mengajak mereka bertemu.
“guys jadi gini kenapa gua ngajak kita ketemuan, kalian ngerasa gak sih Flow semangkin aneh semenjak putus sama Rick?”
“aneh gimana Mut?” Tanya Dita dengan wajah serius.
“ya gitu dia suka benggong sendiri terus udah susah kan buat nongkrong bareng kita?”
“ya mungkin dia lagi mau sendiri, positif aja, Flow udah besar kok” jawab Dinda seenaknya yang dari tadi memengang Gadgetnya. Aku tidak tau apa yang di lakukan Dinda dengan gadgetnya sehingga dia sangat tidak bisa lepas dari Gadgetnya.
“ya tapi kita harus lakuin sesuatu lah, kasian Flow, dia sahabat kita” aku merespon
Dinda dengan nada yang sedikit tinggi “hmn sorry Din gak maksud bentak” aku segera meminta maaf sebelum aku di tegur Dita, dia kalau sudah menasehati bisa berjam-jam, dan aku malas mendengarkannya.
“punya pacar nyata gak asik ya? Di putusin galau haha, mending kaya gua dah”
“yak an lo gak punya pacar Din gimana mau galau coba?” jawab Dita, aku pun memasang wajah penasaran, apa yang dimaksudkan oleh Dinda sebenarnya.
“enak aja gua punya pacar tau, tiga malah haha”
“hah demi apa lu? Cabe banget lo” jawabku sambil terkaget.
“gak cabe pleaseee, iya pacar gua tiga walaupun gak nyata sih haha”
“maksud lo gimana Din?” jawabku Tidak mengerti.
“jadi gini gua main role player, biar gampang sebutnya RP aja ye, nah gua bikin akun artis gitu, fake sih jadi muka sama namanya juga artis, terus follownya juga akun fake artis a.k.a RP”
“lah terus lo pacarannya gimana?” Tanya Dita penasaran sampai-sampai melirik ke Tab Dinda.
“ya pacaran biasa, tapi Cuma sebatas mentionan, dman haha tapi ada juga yang ajak sampe di whatsapp”
“kalo make ava artis sama nama artis kan lo gak tau pacarannya sama siapa” Tanya Dita lagi.
“ginigirls RP itu emang kita gak tau siapa di balik akun itu, ya disitu sih serunya, kita temenan tampa mandang fisik, lagian pacarannya gak beneran kok Cuma sebatas permainan, tapi ada juga yang kebawa dunia nyata, mereka janjian ketemu terus sama-sama cocok jadian deh”
“haha gua gak paham ama jalan pikiran lo din” aku hanya bisa tertawa dengan penjelasan Dinda, bagaimana bisa berteman tetapi kita tidak tau identitas aslinya.
Dan sekarang aku mengerti kenapa Dinda sangat tidak bisa lepas dari gadgetnya, pasti gara-gara RP dan mengurusi ketiga pacar khayalannya.
“eh tapi menurut gua lumayan tuh buat hiburan si flow siapa tau dia bisa lupain Rick lewat main RP.” Tiba-tiba Dinda mencetuskan demikian
“haha gak lah gua gak setuju, gila kali ya Flow di suru main begituan”
“eh gua gak gila ya gara-gara main RP” jawab Dinda dengan wajah cemberut.
“haha gak gila? Tiap hari kerjaannya natap gadget mulu, senyam-senyum sendiri, kadang bikin kita ilfeel tau gak” jawabku sinis.
”apa iya? Emang iya Dit?
“hmn menurut aku sih iya Din hehe sorry aku hanya menyampaikan kenyataan” Dita menjawab dengan sesopan mungkin, mungkin dia takut Dinda menjadi tersinggung.
“hmnnn…” Dinda hanya mengepouts.
Kami semua pun tertawa melihat kelakuan Dinda yang sudah mengambek.
***
Akhirnya aku sampai juga di kediaman Rick, aku segera mengirim pesan kepada Ann untuk segera keluar. Aku membunyikan klakson mobilku sekali sebagai tanda aku sudah di depan gerbang. Tak lama kemudian seorang satpam rumah Rick keluar dan membukakan pintu.Walaupun sudah seminggu lebih aku tidak kerumah Rick tetapi satpam itu tetap menujukan wajah ramahnya kepadaku.Namanya pak Toni, usianya yang tergolong masih mudah sekitar 40tahunan, mendekati kaca mobil dan menyapaku.
“selamat pagi non Flow, tumben pagi-pagi kesini,mau jalan ya sama mas Rick? tapi mas Rick aja masih main basket itu di taman belum mandi pula haha”
“selamat pagi juga pak, ah tidak aku kesini bukan buat ketemu sama Rick pak, hehe”
“loh loh terus sekarang mau ketemu siapa?”
Belum sempat aku menjawab pertanyaan mas Toni, Ann sudah melambaikan tangan kepadaku dari teras rumah Rick.
“ka flowwwwww….” Teriaknya mengeluarkan suara indah yang ia punya. Flow mengenakan rok pendek sekitar 10cm diatas lutut dan mengenakan baju tampa lengan yang memperlihatkan betapa mulus dan terawat kulit yang iya punya. Aku juga melambaikan tangan kepadanya dan melempar senyum hangat kepadanya.Ann segera menghampiri aku dan masuk kedalam reddy.
“nah ini pak saya mau main sama Ann hehe, permisi ya pak” jawabku sesopan mungkin.
“daa daahhhh pak Toni” Ann kembali mengeluarkan teriakannya yang lucu itu sambil sedikit mengeluarkan kepalanya melalu jendela mobil. Aku sedikit tertawa dengan tingkah polos Ann ini.
“Sudah Ann ayo duduk yang bener, tar ketilang polisi loh” aku berusaha membercandai dia. Dia pun menurut dan duduk dengan tenang, kami terdiam beberapa saat. Aku fokus memacu reddy dan berfikir keras mau aku bawa kemana Ann ini. Aku membuka ponselku sambil mencari refrensi kemana aku harus pergi, ketika sedang lampu merah aku berusaha lebih fokus dalam pencarianku.
Setelah mondar-mandir mencari tempat yang asik untuk aku mengajak pergi Ann aku putuskan untuk mengajak dia ke mall taman anggrek, menurutku tidak ada salahnya mengajak dia kesana untuk bermain ice skate walaupun sebenarnya mungkin di Singapore ada tempat bermain ice skate yang lebih baik dari mall taman anggrek.
”ka flow kita mau kemana sih?” setelah terdiam cukup lama karena kita sama-sama sibuk dengan gadget kita akhirnya Ann mengeluarkan pertanyaan.
“oh aku juga binggung nih Ann kita mau kemana, eh tapi kamu suka main ice skating kan?”
“suka sih ka tapi aku gak terlalu bisa hehe” jawab Ann sambil memperlihatkan senyum indahnya itu, sebagai wanita pun aku mengakui betapa manisnya anak ini.
“udah tenang aja, aku akan ajari hehe”
“bener ya ka?”
“iya Ann, oh iya tempatnya sebenernya gak jauh tapi seperti kamu tau ini Jakarta bukan Singapore jadi maklumin ya kalo nanti perjalanannya agak ngebosenin gara-gara macet”
“iya ka tenang aja hehe gak akan sampai 12 jam kan macetnya? Nanti kecantikan aku luntur kalo kelaman nunggu hehehe” jawab Ann sambil mencairkan suasana.
“ya gaklah haha kamu ada-ada saja” jawabku sambil mengelus rambut Ann sebenarnya tidak mengelus juga, agak sedikit membuat rambut indahnya itu berantakan. Terlihat wajah Ann yang kesal karena rambutnya aku usap sehingga membuat tatanannya menjadiberantakan.Ann memajukan bibir tipisnya yang berbalut lip gloss sehingga membuat bibinya sedikit mengkilap, lalu Ann menyilangkan tangannya di depann dadanya dan berpura-pura mendiami ku.Haha terlihat sangat lucu anak ini menurutku.
“ehby the way umur kamu berapa Ann?”
“aku? Masih 16 ka hehe”
“loh aku juga 16, tapi nanti desember tahun ini aku 17 hahaha” jawabku sambil tertawa lepas.
“aku baru bulan lalu ulang tahun ke 16nya hehe, jadi tuaan kaka ya” jawab Ann yang juga tertawa sama lepasnya denganku, tidak terlihat canggung lagi antara aku danAnn.
“etapi jangan panggil kaka deh kita Cuma beda beberapa bulan Ann”
“ah udah enak manggil kaka, lagi pula kaka kan memang tua huuuuuhhhhhhh” jawab Ann dengan tertawa lebih puas berhasil membullyku. Aku hanya bisa ikut tertawa dengannya membuat dia senyaman mungkin dia di dalam reddy sambil menunggu kemacetan yang luar biasa ini berakhir.
***
Sesampainya di mall Taman Anggrek aku dan Ann segera menuju tempat ice skating, dan aku langsung menyewa peralatan untuk bermain.Ann menunggu ku di tempat duduk yang tersedia dari pihak pengelola, Ann terlihat sibuk sekali dengan Gadgetnya. Mungkin dia sedang ngepath untuk pamer ke teman-temannya di Singapore atau apalah, maklum anak jaman sekarang setiap kesuatu tempat pasti langsung update, haha aku tertawa didalam hati.
Setelah mengantri cukup lama akhirnya aku mendapatkan perlengkapannya, segera aku menghampiri Ann karena takut membuatnya bosan karena menungguku terlalu lama.
“Ann maaf ya lama, gak Cuma jalanan yang antri tempat penyewaan juga hehe” sapaku membuat Ann sontak mematikan Gadgetnya.
“oh iya gak papa kok hehe, ayooo ka aku udah gak sabar nih”
“pake ini dulu Ann” kataku sambil meberikan peralatan ice skating kepada Ann. Ann segera mengambil sepasang sepatu ice sakte itu dan aku pun segera memakainya, jujur saja aku pun sudah tidak sabar untuk menikmati lempengan ice itu. Aku menyadari kalau Ann sedikit melirik arah ku, aku hanya perpura-pura tidak menyadari dan tersenyum dalam hati.
“hmnnn ka Flow, sebenernya Ann gak bisa main ice sakting nanti jangan ketawain Ann ya kalau Ann nanti sering jatuh” kata Ann sambil mengeluarkan ekspresi lucunya.Haha dasar anak ini manis sekali.
“gak mau ah aku mau tertawa kencang nanti, kalau perlu ini ponsel aku posisi stand by buat ngerekam kamu jatuh, terus aku kasih liat ke Rick hahaha” jawabku dengan mengeluarkan tertawa jahatku.
“ah kaka jahat banget sih” sekali lagi Ann mengepouts dan itu lucu sekali, aku mencubit pipinya yang sebenarnya tidak begitu cubby malah cenderung tirus.
Setelah kita masuk ke area lempengan es untuk bermain, Ann memegang lenganku.Aku sedikit melirik kepadanya dan menahan tawaku dalam hati.
“buuukkkkk……” terasa tanganku sakit tertarik beban yang cukup berat, Ann terjatuh dan aku pun juga terjatuh karena lempengan es ini sangat licin, aku berusaha berdiri dan membantu Ann untuk berdiri juga, tetapi kita terjatuh lagi untuk kesekian kalinya, dan kita sama-sama tertawa menertawai kebodohan kita.
“Hahaha Ann kamu berat banget sih sampai susah dibuat bangunin kamu”
“Huh enak aja, ini licin tau bukan karna aku yang berat”
“haha iya iya aku bercanda kok” jawabku sabil tersenyum.
Aku berfikkir cepat, akan sulit untuk kita berdiri dengan cara seperti ini, aku melihat sekelilingku dan aku menemukan ide saat melihat pinggir arena ini. Akhirnya aku berdiri sendiri, dan aku menyuruh Ann untuk berjongkok dan kemudian aku menarik tangannya ke pinggir arena, ketika sampai di pinggir arena aku mendapatkan tempat untuk menjadi tumpuanku sehingga Ann bisa berdiri